Harian Semarang
No Result
View All Result
Jumat, Agustus 8, 2025
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
Harian Semarang
No Result
View All Result
Home Kolom

Kita, Kolonialisme dan Invasi Ekonomi

4 Maret 2022
in Kolom
Kolonialisme

Kolonialisme. Foto Pixabay/ed_davad

0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Tak ada kejahatan terbesar di dunia ini selain penjajahan (kolonialisme). Dan, tak ada kemuliaan yang lebih mulia selain jihad melawannya. Sebab, mereka mewariskan kerusakan maha dahsyat di semua lini rakyat. Makanya, ia harus dihapus dari muka bumi.

Dari penjajah, kita warisi mental kolonial, kota kolonial, ekopol kolonial, kurikulum kolonial, tentara dan pemerintahan kolonial bahkan agama kolonial.

Motif kolonial adalah kapital. Wataknya keserakahan. Mottonya: aku menjajah maka aku ada. Dus, kolonialisme adalah perluasan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, guna mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja dan pasar (konsumen).

Tentu saja, istilah ini menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang dikolonikan.

Di Indonesia, kolonialis purba adalah lima sekawan: VOC, Belanda, Portugis, Inggris dan Jepang. Sedang kolonialis modern adalah lima begundal: IMF, WB, USA, China dan WTO.

Kesepuluh kolonialis itu bersekutu dengan lembaga dan agensi lokal: Kemenkeu, Bapenas, BI, kampus (UI-FE) dan (elite) TNI-Polri.

Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial menguntungkan negara yang dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk pemodernisasian dan demokrasi.

Mereka menunjuk ke bekas koloni seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Hong Kong dan Singapura sebagai contoh sukses post-kolonialisme.

Andre Gunder Frank, Hatta, Pramoedya, Musso, Syahrir dan Rizal Ramli berpendapat bahwa kolonialisme sebenarnya adalah pemindahan kekayaan dari negara/kawasan yang dikolonisasi ke negara pengkolonisasi dengan tugas utama menghambat kesuksesan pengembangan ekopolsusbudhankam.

Franz Fanon, Gayatri, Sukarno, Tan Malaka dan Yudi Haryono berpendapat bahwa kolonialisme merusak mental, nalar, cita-cita, tradisi, politik, psikologi, dan moral negara terkolonisasi. Anehnya ia selalu datang tanpa diundang, menghapus proklamasi, menghancurkan konstitusi, menawarkan racun hidup dan membanggakan kejumudan moral.

Kini kolonialisme itu dilakukan oleh sesama kulit terjajah dan oleh mereka yang lupa diri serta bagi mereka yang serakah.

Pasca revolusi, memang pada mulanya sederhana. Dari selembar kertas, “pemberian ijin atau surat penunjukan” yang isinya monopoli. Lalu, membesar dan merambah ke mana-mana. Dampaknya luar biasa. Kolonialisme oleh lokal dan proxy terjadi. So… Hati-hati memberi ijin.(*)

Tags: KolonialKolonialismeM Yudhie HaryonoYudhie Haryono
Previous Post

INRW: Sikap Jokowi Sudah Tepat soal Konflik Rusia-Ukraina, Tapi…

Next Post

Clear! Menag Yaqut Tidak Bandingkan Azan, Tak Perlu Gorengan kata Ketua Komisi VIII

Next Post
Menag Yaqut

Clear! Menag Yaqut Tidak Bandingkan Azan, Tak Perlu Gorengan kata Ketua Komisi VIII

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini

Limited! Ayo Ikuti Diskusi Publik: Menghentikan Sesat Pikiran Ekopol Neoliberalisme

Limited! Ayo Ikuti Diskusi Publik: Menghentikan Sesat Pikiran Ekopol Neoliberalisme

8 Agustus 2025
Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang

Waketum AMPI Pusat Apresiasi Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang, Bukti Adaptif Zaman

7 Agustus 2025
Yudhie Haryono (kiri) dan Agus Rizal (kanan)

Swasta Dalam Sistem Ekonomi Pancasila

6 Agustus 2025
Limited! Ayo Ikuti Diskusi Publik: Menghentikan Sesat Pikiran Ekopol Neoliberalisme

Limited! Ayo Ikuti Diskusi Publik: Menghentikan Sesat Pikiran Ekopol Neoliberalisme

8 Agustus 2025
Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
  • Iklan & Promosi
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
  • Info Loker

© 2025 Dikembangkan oleh Tim IT Harian Semarang

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi

© 2025 Dikembangkan Oleh Devisi IT Harian Semarang