Harian Semarang
No Result
View All Result
Jumat, Agustus 8, 2025
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
Harian Semarang
No Result
View All Result
Home Ekonomi

Nir Ekonom Banjir Rentenir

23 April 2022
in Ekonomi
Nir Ekonomi Banjir Rentenir

Nir Ekonomi Banjir Rentenir. Foto Instagram @smindrawati

0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Yudhie Haryono

Salah satu kecelakaan terbesar dalam sejarah terbentuknya negara ini adalah kegagalan mencetak “ekonom.” Alih-alih memproduksi ekonom pancasila yang mengerti keadaan dan kebutuhan ekonomi Indonesia, yang terjadi adalah sebaliknya: panen ekonom palsu.

Apa itu ekonom palsu? Adalah mereka yang mengimani dan mempraktekkan gadai plus utang dalam membiayai pembangunan nasional. Mereka “mencari uang” dan bukan “mencetak serta memproduk uang.” Ekonom ini tak punya nalar jenius (pemroduk solusi) sekaligus minus iptek yang membuat “uang berdaulat” bagi kedaulatan Indonesia. Kurikulum dan kampus kita juga tak ada yang serius memproduksi diskursus ekonomi Indonesia.

Dari deretan “ekonom palsu” itu adalah Ali Wardana, Radius Prawiro, JB Sumarlin, Marie Muhammad, Boediono, Sri Mulyani, Chatib Basri. Mereka para barisan ekonom neoliberal: berpikiran asing, menguntungkan asing serta membangun dengan pola asing. Hebatnya, semuanya duduk di kursi kemenkeu sambil “menyesatkan” presiden untuk menyerahkan kolateral (SDA) kita ke asing. Mereka lalu memajaki rakyat dengan bunga tinggi. Makanya, mereka lebih tepat disebut rentenir. Bisnis duit antar negara adalah spesialisasinya. Kampanye inflasi adalah hobinya. Julukan-julukan (menkeu terbaik dunia dan lain-lain) adalah tipuan-tipuannya.

Padahal, ada cara membangun tanpa utang. Ada cara mencetak uang. Ada cara memakmurkan Indonesia. Dan, ini cara ilmiah, jenius dan berdaulat. Apa itu? Salah satunya adalah praktik SWF (sovereign wealth funds).

Ini adalah penghapusan peta jaminan lama dengan mencipta jaminan baru dari hasil rekapitalisasi dan nasionalisasi. Fungsinya enam: 1) Sebagai dana stabilisasi (stabilization funds); 2) Sebagai dana tabungan untuk generasi di masa depan (savings or future generations fund); 3) Sebagai dana pensiun (pension reserve funds); 4) Sebagai dana cadangan investasi (reserve investment funds); 5) Sebagai dana pengelolaan kekayaan negara untuk pembangunan strategis (strategic development sovereign wealth funds); 6)Sebagai dana super produktif rakyat (super productive funds).

Itu artinya, uang dicetak negara, lalu dioperasionalkan untuk projek produktif dan memastikan warganegara bekerja. Maka, tak akan ada inflasi. Tak ada pengangguran. Apalagi, bunganya 0%. Tapi, harus dikerjakan dengan 0% korupsi.

Tekhnisnya begini. 1) Pemerintah buat peta baru mineral. Jadikan itu coleteral aset; 2) Cetak obligasi dari peta coleteral tersebut; 3) Pemerintah serahkan ke BI dan BI cetak uang biasa. BI lalu serahkan ke menkeu sebagai APBN; 4) Pemerintah jadikan roadmap Musrengbangnas di infrastruktur sebagai pengguna uang tersebut; 5) Pemerintah pastikan 0% bunganya dan 0% korupsinya.

Kelemahan SWF cuma satu: mematikan agensi neoliberal dan oligarki kapital yang selama ini menjual negara dan “gemuk” dengan merampok rakyat miskin. Selebihnya, program ini sangat konstitusional dan Pancasilais.

Tak percaya? Praktekkan saja. Mau lebih cepat negara ini kaya, berdaulat dan bermartabat? Sini kupimpin segera. Ideku segar. Tak nyolong duit. Memilih mati daripada melihat Indonesia paria dijajah mamarika dan cina.(*)

Tags: ekonomi palsuIMFM Yudhie Haryonomembangun tanpa utangrentenirSovereign wealth fundSri MulyaniutangYudhie Haryono
Previous Post

Bagi-bagi Batagor, OSIS SMP Al Fateeh Semarang Belajar Peduli

Next Post

Mengantar Kepergian Ketua Paguyuban Sekretaris KPU se Jawa Tengah

Next Post
KPU Kota Semarang mengantar kepergian Ketua Paguyuban Sekretaris KPU se Jawa Tengah. Foto KPU Kota Semarang

Mengantar Kepergian Ketua Paguyuban Sekretaris KPU se Jawa Tengah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini

Limited! Ayo Ikuti Diskusi Publik: Menghentikan Sesat Pikiran Ekopol Neoliberalisme

Limited! Ayo Ikuti Diskusi Publik: Menghentikan Sesat Pikiran Ekopol Neoliberalisme

8 Agustus 2025
Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang

Waketum AMPI Pusat Apresiasi Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang, Bukti Adaptif Zaman

7 Agustus 2025
Yudhie Haryono (kiri) dan Agus Rizal (kanan)

Swasta Dalam Sistem Ekonomi Pancasila

6 Agustus 2025
Limited! Ayo Ikuti Diskusi Publik: Menghentikan Sesat Pikiran Ekopol Neoliberalisme

Limited! Ayo Ikuti Diskusi Publik: Menghentikan Sesat Pikiran Ekopol Neoliberalisme

8 Agustus 2025
Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
  • Iklan & Promosi
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
  • Info Loker

© 2025 Dikembangkan oleh Tim IT Harian Semarang

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi

© 2025 Dikembangkan Oleh Devisi IT Harian Semarang