Harian Semarang
No Result
View All Result
Jumat, Agustus 8, 2025
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
Harian Semarang
No Result
View All Result
Home Resensi

Kita dan Hilangnya Kedaulatan Nasional

22 Juni 2022
in Resensi
Buku Menggalang Ketahanan Nasional

Buku Menggalang Ketahanan Nasional. Foto Tokopedia

0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Yudhie Haryono

Sambil ngeteh di pojok kampus, seorang purnawirawan laksamana bergumam pedih, “Kok bisa diskursus kedaulatan kita hilang? Kok bisa lembaga yang mengurus soal itu absen? Kok bisa tak banyak agensi yang menyadari itu? Mungkinkah karena ini keberhasilan kinerja neoliberal?”

Tidak mudah menjawab keresahan ini. Terlebih disampaikan oleh serdadu. Aku sendiri tidak tahu apa yang beliau lakukan saat aktif berdinas dan punya jabatan sangat strategis. Kenapa pula keresahan itu tumpah saat sudah purnawirawan. Walaupun keresahan itu kini sudah milik publik. Ya, publik dalam duapuluh tahun terakhir terus bertanya-tanya. Repotnya, tak ada jawabnya. Elit kita seperti abai dan menganggap ini isu pinggiran.

Sungguh. Kerinduan akan negara berdaulat mengeringkan air mataku. Kehampaan atas Indonesia berdaulat menghancurkan semangatku. Kepapaan kedaulatan warga negara meluruhkan kuasa cintaku. Atas semua taqdirNya yang tidak tak terpahami. Padahal beribu buku sudah kubaca dan telaah.

Maka, keresahan publik itu ditangkap oleh sejumlah ilmuwan yang aktif di Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB). Bekerjasama dengan banyak pihak, dibuatlah serangkaian pertemuan dan diskusi. Tukar pikiran. Lahirlah buku berjudul, “Menggalang Ketahanan Nasionsl.” Tentu saja, ini keren karena menjadi rangkuman dari 40 kali pertemuan yang digelar sejak April 2017 hingga Desember 2018. Ada 80 narasumber dengan latarbelakang berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan pengalaman berbeda. Diterbitkan oleh Kompas, tahun 2019, Jakarta. Buku berketebalan 270 halaman dan berukuran 15 cm x 23 cm. Lalu, selanjutnya sejarah.

Dus, buku ini hadir sebagai kontribusi untuk melihat ketahanan nasional dari perspektif agak berbeda. Kajian sejarah perkembangan kebudayaan dan peradaban bangsa digunakan secara dinamis sebagai pendekatan baru melihat ketahanan nasional. Tentu agar lebih komprehensif.

Dalam kacamata ini, ketahanan nasional dilihat sebagai daya sintas suatu bangsa, yang berisi keuletan, ketangguhan dan keunggulan yang dapat mengembangkan kemampuan dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG), baik dari dalam maupun luar negeri, langsung maupun tidak langsung.

Untuk mengupasnya, dipakailah tiga ranah utama kehidupan sosial budaya. Pertama, mental-spiritual, yang berisi kemauan kolektif bangsa untuk mempertahankan eksistensi dan memajukan peradaban bangsanya.

Kedua, institusional-politikal, yaitu kemampuan tata kelola bangsa dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai cita-citanya dengan partisipasi aktif seluruh warga negara.

Ketiga, material-teknologikal, yaitu kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan produk nilai-tambah tinggi demi kemakmuran bangsa dan kesejahteraan warga negara.

Selain mengupas konsepsi ketahanan nasional, buku ini juga menjadi ajakan membangun kesadaran bersama sebagai warga negara yang harus berkontribusi dalam membangun ketahanan nasional. Mindset ke-Indonesia-an harus senantiasa dibangkitkan, terutama di kalangan generasi muda, guna membentuk diri menjadi warga negara unggul dan patriotik (h.15).

Menjadi warga negara unggul menjadi projek maha penting karena kejeniusan neokolonial itu adalah: memproduksi keputusasaan koloni sehingga abai pada posisi kedaulatan dan kemartabatan. Ini jenis kolonial keenam setelah membakar sejarah bangsa koloni agar rabun sejarah dan hilang cita-cita.

Ingat, negeri kaya ini membawa cacat bawaan lahir: mampu bekerjasama atas pertautan masa lalu tetapi gagal bergotong-royong demi ide masa depan!

Maka, menghancurkan sejarah masa lalu dan menghapus ide-ide masa depan koloni itu menjadi kinerja neokolonial yang terus berlangsung. Tentu sambil menciptakan jejaring agensi begundal.(*)

Tags: Kedaulatan nasionalM Yudhie HaryonoYudhie Haryono
Previous Post

Menemukan Nusantara

Next Post

Anies Puan Calon Tunggal?

Next Post
Anies Puan calon tunggal Pilpres 2024

Anies Puan Calon Tunggal?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini

Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang

Waketum AMPI Pusat Apresiasi Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang, Bukti Adaptif Zaman

7 Agustus 2025
Yudhie Haryono (kiri) dan Agus Rizal (kanan)

Swasta Dalam Sistem Ekonomi Pancasila

6 Agustus 2025
Foto Tony Rosyid Versi AI

Mencari Kandidat Ketum PPP 2025-2030

5 Agustus 2025
Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
  • Iklan & Promosi
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
  • Info Loker

© 2025 Dikembangkan oleh Tim IT Harian Semarang

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi

© 2025 Dikembangkan Oleh Devisi IT Harian Semarang