Harian Semarang
No Result
View All Result
Kamis, Agustus 7, 2025
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
Harian Semarang
No Result
View All Result
Home Politik

Jokowi Semakin Lemah

15 September 2022
in Politik
Sekali lagi soal kepemimpinan

Presiden Jokowi. Foto Setkab.go.id

0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Tony Rosyid – Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Setiap kekuasaan akan berakhir. Itu sunnatullah. Apakah kekuasaan berdiri di atas sistem demokrasi atau monarki, semua akan ada episodenya.

Masa jabatan Jokowi hanya tinggal dua tahun. 2024 berakhir. Tahun depan, 2023 itu tahun politik. Semua partai sibuk memikirkan nasib masa depannya. Dua hal yang dipikirkan. Pertama, bagaimana suara partai naik. Minimal tetap. Kedua, siapa capres yang potensial menang dan diusung. Hanya dua itu yang jadi pertimbangan.

Kedua hal ini punya kaitan satu sama lain. Sebab, dukungan kepada capres punya prngaruh terhadap suara partai. Akan sangat menguntungkan jika partai mengusung capres yang jadi pilihan konstituennya. Apalagi, yang diusung punya peluang besar untuk menang. Untuk ini, setiap partai punya survei internal.

Bagi partai politik, Jokowi akan segera menjadi masa lalu. Masa romantis di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) akan segera berakhir dan dilupakan. Pilpres 2024 akan menyedot perhatian partai-partai politik untuk menyiapkan masa depannya.

Sejak 2019, PKS dan Demokrat memilih berada di luar kekuasaan Jokowi. Otomatis pilihan politiknya berbeda, bahkan berseberangan dengan Jokowi. Tahun 2022, tampaknya Nasdem punya pilihan politik yang juga tidak sejalan dengan Jokowi. Nasdem dan Jokowi punya calon berbeda untuk 2024. Gak usah tanya siapa calon masing-masing. Publik paham.

Nasdem adalah partai yang selalu berani membuat keputusan paling awal untuk deklarasikan calon. Dengan langkah pro-aktif ini, Nasdem akan punya saham besar jika calon itu sukses dan jadi presiden.

Pilpres 2014 dan 2019 Nasdem ikut mengusung Jokowi. 2024, Jokowi selesai. Dipastikan tidak dicalonkan lagi. UUD membatasinya. Setiap presiden hanya boleh menjabat dua periode. Wacana pemilu mundur dan gagasan tiga periode tak lagi punya ruang. Mayoritas partai dan rakyat menolak. Pintu tertutup. The End.

Mungkinkah Jokowi jadi cawapres? Wacana itu ada. Mahkamah Konstitusi (MK) bahkan ikut-ikutan bicara soal peluang presiden yang sudah menjabat dua periode jadi cawapres. Meski oleh Dahlan Iskan dianggap sebagai “petir di musim kemarau”. Memang aneh juga sih.

Pertanyaannya? Jokowi mau jadi cawapresnya siapa? Prabowo? Tidak mungkin. Kalkulasi politiknya gak masuk. Prabowo menang, Jokowi akan diparkir. Gak akan dikasih peran apa-apa. MoU apapun, gak berlaku. Kekuasaan punya logikanya sendiri. Kekuasaan tidak tunduk pada komitmen personal. Tidak pernah terjadi. MoU Batu Tulis, itu salah satu faktanya. MoU Gerindra-PKS adalah fakta lainnya. Pihak yang wacanakan Jokowi maju sebagai cawapres seperti mahasiswa FISIP yang baru belajar politik.

Jika pasangan Prabowo-Jokowi kalah, itu akan lebih parah lagi. Jadi preseden buruk dalam sejarah. Menang atau kalah pasangan Prabowo-Jokowi, kekuasaan bahkan kewibawaan Jokowi akan rontok. Kekuasaan dan peran apa sih yang dimiliki oleh seorang wakil presiden? Nyaris gak ada.

Terutama bila kalah di pilpres, Jokowi boleh jadi tidak akan dikenang sebagai Presiden ke-7, tapi lebih dikenal sebagai cawapres gagal. Jokowi cawapres, siapapun pasangannya, tidak menguntungkan sama sekali. Ini pilihan politik yang paling tidak rasional.

2024 bukan milik Jokowi. Jokowi akan segera menjadi masa lalu. Seloyal apapun partai, pejabat, pengusaha dan bahkan relawan, mereka akan berpikir masa depan. Rasionalitas mereka adalah rasionalitas masa depan. Bukan rasionalitas masa lalu.

Jika hari ini Nasdem ambil sikap tidak seperahu lagi dengan Jokowi untuk pilpres 2024, maka kedepan “pasti” akan diikuti oleh partai-partai lain. Bukan pembangkangan, tapi itu tuntutan masa depan. Itu rasionalitas politik. Jokowi tidak akan bisa mencegah dan menyanderanya. Ini tidak hanya berlaku hanya bagi Jokowi. Ini hukum politik yang berlaku pada semua rezim.

Apa yang akan menjadi keputuskan partai politik akan selalu berkaitan dengan suara partai dan calon yang punya efek elektoral yang potensial menang. Hanya itu. Tak ada yang lebih rasional dari pertimbangan itu.

Komunikasi politik yang dilakukan oleh partai-partai politik selama ini punya tujuan untuk naikkan suara dan menang. Ini hanya soal waktu kapan partai itu membuat keputusan. Terkait ini, Jokowi tidak akan lagi menjadi pertimbangan. Jokowi akan segera menjadi sejarah masa lalu.

2023, akan banyak partai yang tidak sejalan dengan pilihan Jokowi. Maka, sikap politik yang paling rasional bagi Jokowi adalah netral. Dengan sikap netral, Jokowi akan meninggalkan legacy yang baik. Jokowi akan dicatat sebagai negarawan. Masa depannya relatif lebih aman. Siapapun yang akan terpilih jadi presiden, Jokowi aman dan terhormat.

Sebaliknya, jika Jokowi terlalu ikut campur dalam pilpres dan calon pilihannya kalah, ini punya risiko politik yang teramat besar. Apalagi jika kontestasi pilpres 2024 se-ekstream 2019 kemarin, maka risiko politiknya akan bisa ekstream juga.

Rakyat berharap, kompetisi di pilpres 2024 fair. Semua partai dan capres diberikan ruang yang sama untuk berkompetisi secara elegan, sehingga akan lahir presiden terpilih yang bisa diterima oleh semua pihak. Siapapun presiden yang akan terpilih, dia presiden seluruh rakyat Indonesia. Bukan presiden untuk para pendukungnya saja. Ini yang harus dijadikan sebagai prinsip leadership bangsa.

Jakarta, 15 September 2022

Tags: JokowiJokowi cawapresPrabowo JokowiTony Rosyid
Previous Post

Ternyata Ratu Elizabeth II Punya Gelar Bintang Republik Indonesia Adipurna lho, Kok Bisa Sih

Next Post

Ini Jalan Baru Gerakan Buruh, DEPENAS SBNI Siap Sejahterakan Masyarakat

Next Post
Ini Jalan Baru Gerakan Buruh, DEPENAS SBNI Siap Sejahterakan Masyarakat

Ini Jalan Baru Gerakan Buruh, DEPENAS SBNI Siap Sejahterakan Masyarakat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini

PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang

Waketum AMPI Pusat Apresiasi Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang, Bukti Adaptif Zaman

7 Agustus 2025
Yudhie Haryono (kiri) dan Agus Rizal (kanan)

Swasta Dalam Sistem Ekonomi Pancasila

6 Agustus 2025
Foto Tony Rosyid Versi AI

Mencari Kandidat Ketum PPP 2025-2030

5 Agustus 2025
Guru Pandai Mendongeng Bisa Bikin Anak Cinta Buku!

Guru Pandai Mendongeng Bisa Bikin Anak Cinta Buku!

5 Agustus 2025
Tony Rosyid Versi AI

Dendam Jokowi Dihadang Prabowo

5 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang

Waketum AMPI Pusat Apresiasi Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang, Bukti Adaptif Zaman

7 Agustus 2025
Yudhie Haryono (kiri) dan Agus Rizal (kanan)

Swasta Dalam Sistem Ekonomi Pancasila

6 Agustus 2025
  • Iklan & Promosi
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
  • Info Loker

© 2025 Dikembangkan oleh Tim IT Harian Semarang

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi

© 2025 Dikembangkan Oleh Devisi IT Harian Semarang