Harian Semarang
No Result
View All Result
Jumat, Agustus 8, 2025
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
Harian Semarang
No Result
View All Result
Home Kolom

Menghapus Kemiskinan dengan Pindah Kota dan Istana: Miskin Rata Kaya

11 November 2022
in Kolom
Menghapus Kemiskinan dengan Pindah Kota dan Istana: Miskin Rata Kaya. Foto Instagram @nyoman_nuarta

Menghapus Kemiskinan dengan Pindah Kota dan Istana: Miskin Rata Kaya. Foto Instagram @nyoman_nuarta

0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Yudhie Haryono

Saya, jujur sudah menulis keharusan pindah ibu kota dan istana sejak 1999. Bahkan langsung bicara ke Gus Dur saat beliau presiden bareng Cak Nur saat acara bukber di istana.

Apa alasannya? Seperti yang kusampaikan di berbagai forum kajian postkolonial: “Kita ini hidup di kota dan istana warisan kolonial. Kota dan istana yang dibuat penjajah untuk menjajah. Kota dan istana yang dipakai untuk merampok dan memperkosa pribumi.

Tentu saja, kota dan istana itu rasa, cita dan psikologi kolonial yang jadi alasan kehadirannya. Bukan cita rasa kemerdekaan. Bukan cita-cita Indonesia. Tak berhati, tak berpikiran dan tak sesuai dengan orang Indonesia.

Karenanya, kita perlu kota dan istana baru sebagai pembeda dari zaman penjajahan. Tentu dengan rasa, hati, pikiran dan perbuatan orang Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Karena itu mestinya, para pecinta kota, istana dan peradaban menulis sejarahnya di Nusantara. Tentu agar kota-kota kita makin beradab, bukan makin busuk, macet dan polutif seperti hari-hari ini.”

Inilah mestinya, judul riset, kajian dan buku di acaranya teman-teman arsitek Indonesia. Kota dan istana ala Indonesia agar raya ujung peradabannya.

Sebab, dalam riset sederhana kota dan istana di nusantara masa lalu, kota dan istana kita mestinya merupakan akumulasi spiritual dan intelektual plus sosial-kapital.

Terlebih, polis atau kota adalah tempat bertemunya kepercayaan kepada Tuhan dan kepercayaan kepada Manusia untuk membentuk homo sosio-spiritual yang eco-antro-theo centris. Lahirlah artefak-artefak kegemilangan adab, akal, inovasi dan tekhnologi.

Tidak seperti kota dan istana di Indonesia kini: tempat bertemunya begundal dan pecundang yang melanggengkan mental kolonial dan praktik jahat pada sesama.

Adakah kita berani meneruskan kemerdekaan dari kolonial, dan kemudian kemerdekaan untuk membangun kejayaan? Inilah saatnya. Soal tekhnis dan lain-lain, kita ikuti saja kehendak rakyat yang ada di DPR-MPR.

Pindah kota dan istana juga merupakan usaha menghapus kemiskinan dan kesenjangan. Kemiskinan karena kita tinggal di kota lama tanpa keadilan sosial, dan menetap di istana lama tanpa kemanusiaan semesta yang berpersatuan plus bergotong royong. Kota dan istana purba yang hanya gotong nyolong penumbuh keluarga sakit jiwa.

Bagaimana teoritisnya? Tentu ini metoda baru walau belum maksimal hasilnya. 74 tahun kita sudah merdeka dan makin stabil angka kemiskinan kita adalah fakta. Rezim-rezim yang ada “gagal” menghempaskan kemiskinan dari rumah-rumah kita.

Di program ini, kami punya hipotesa berbasis kajian postkolonial. Bahwa kita miskin karena over populasi. Maka, program dan solusinya adalah depopulasi. Bentuknya merevitalisasi kegiatan keluarga berencana (KB).

Ini adalah gerakan untuk membentuk keluarga sehat, sejahtera dan makmur dengan membatasi umur pernikahan dan jumlah kelahiran. Perencanaan umur pernikahan yang dewasa dan rencana jumlah keluarga dengan pembatasan anak. Umur nikah 20 tahun dan jumlah anak dalam keluarga adalah satu. Tak boleh lebih.

Dalam kajian postkolonial, postulat keluarga ada tiga: miskin, rata dan kaya.

Miskin, kategori postokolonial adalah saat anak mensubsidi orang tua dan kakek-nenek (stream up). Rata, kategori postkolonial adalah saat orangtua mensubsidi anak (resiprokal event). Kaya, kategori postokolonial adalah saat kakek-nenek mensubsidi cucunya (stream down).

Dus, makin umur saat menikah dan makin sedikit anak saat berkeluarga akan memastikan makin berkwalitas keluarga di masa depan. Kwalitas keluarga menentukan kwalitas negara. Menghapus kemiskinan negara dimulai dengan menghapus kemiskinan keluarga.(*)

Tags: ibu kota negaraIstana
Previous Post

PKS Istiqamah Dukung Anies, Koalisi Perubahan Fix Tinggal Soal Waktu

Next Post

Warga Sampangan Ramaikan Festival Lembah Bidadari

Next Post
Warga Sampangan Ramaikan Festival Lembah Bidadari. Foto Dokumen Warga RT 6 RW Sampangan

Warga Sampangan Ramaikan Festival Lembah Bidadari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini

Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang

Waketum AMPI Pusat Apresiasi Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang, Bukti Adaptif Zaman

7 Agustus 2025
Yudhie Haryono (kiri) dan Agus Rizal (kanan)

Swasta Dalam Sistem Ekonomi Pancasila

6 Agustus 2025
Foto Tony Rosyid Versi AI

Mencari Kandidat Ketum PPP 2025-2030

5 Agustus 2025
Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
  • Iklan & Promosi
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
  • Info Loker

© 2025 Dikembangkan oleh Tim IT Harian Semarang

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi

© 2025 Dikembangkan Oleh Devisi IT Harian Semarang