Harian Semarang
No Result
View All Result
Jumat, Agustus 8, 2025
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
Harian Semarang
No Result
View All Result
Home Artikel

Mengapa Kita Tak Kunjung Makmur

Oleh Yudhie Haryono

10 Desember 2024
in Artikel, Kolom
Negara Pancasila, Prabowo dan Konstitusi Asli. Foto Dokumen Yudhie Haryono

Negara Pancasila, Prabowo dan Konstitusi Asli. Foto Dokumen Yudhie Haryono

15
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Yudhie Haryono CEO Nusantara Centre

Sungguh. Bagaikan agama-agama purba, aku setia dengan cita-cita menaklukan dunia. Tentu dengan kemakmuran, kejujuran, keadilan dan kerja yang jadi legenda. Kemakmuraan adalah mental. Kemakmuran adalah misteri. Di kita kini, kemakmuran selalu mengundang pertanyaan, kekaguman sekaligus kebingungan.

Sungguh. Tak ada manusia bercita-cita menjadi miskin. Tak ada manusia Indonesia mau dimiskinkan. Tak ada di antara kita rela hidup dalam dekapan kemiskinan. Dus, miskin, dimiskinkan dan kemiskinan adalah musuh umat manusia sedunia.

Menegaskan hal itu, bapak proklamator Mohammad Hatta (1946) berucap, “merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat dengan mengandangkan kemiskinan secara revolusioner.”

Jelas. Kebahagiaan dan kemakmuran sebagai tujuan akhir bernegara. Apa itu kebahagiaan? Adalah keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan dan kenikmatan secara intens.

Sedangkan kemakmuran (prosperity) dalam kamus Webster’s Revised Unabridged Dictionary (February 2009) adalah keadaan yang berkembang, berkemajuan dan memiliki keberuntungan baik atau memiliki status sosial yang sukses. Kemakmuran seringkali mencakup kekayaan dan faktor-faktor lain semisal kebahagiaan, pendidikan dan kesehatan.

Dalam bernegara, kemakmuran tidak bisa berlaku individual melainkan harus bersama atau menasional. Karena itu makna kemakmuran nasional adalah: 1) Semua harta milik dan kekayaan potensi yang dimiliki negara untuk keperluan seluruh rakyat; 2) Keadaan kehidupan negara yang rakyatnya mendapat kebahagiaan jasmani dan rohani akibat terpenuhi kebutuhannya.

Cara sebuah negara agar bisa makmur, secara garis besar dan paling efektif adalah dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). Pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah sendiri dan diperuntukan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sebagaimana yang diamanatkan dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945.

Maka dari itu tidak ada alasan bagi pemerintah untuk memberikan peluang kepada pihak asing maupun “aseng” untuk mengelola atau bahkan menguasai sumber daya alam yang ada di bumi pertiwi ini. Sebab, sampai kapanpun, hal itu tidak akan mewujdukan kemakmuran bagi bangsa Indonesia. Kemakmuran akan terwujud bila kekayaan alam Indonesia semuanya dikelola, dikuasai, dimiliki dan dimanfaatkan oleh, dari dan untuk warga negara Indonesia.

Pengelolaan sumber daya alam yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Dan dalam pengelolaannya harus memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan agar sumber daya alam tidak hanya dapat dinikmati oleh generasi sekarang, namun juga untuk pemanfaatan jangka panjang oleh generasi yang akan datang.

Pengelolaan sumber daya manusia demi kemakmuran bangsa dilakukan dengan cara meningkatkan mutu pendidikan. Pendidkan yang dilakukan harus membentuk kepribadian dan watak manusia sebagai warga negara yang baik, jujur, inovatif, solutif dan jenius.

Tentu agar tidak terjadi praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang saat ini telah menjadi penyakit pejabat tinggi negara sehingga kemakmuran bangsa susah untuk dicapai.

Dalam sejarahnya, istilah kemakmuran mengalami beberapa perluasan. Misalnya menjadi “persemakmuran atau negara-negara persemakmuran (Commonwealth of Nations)” yang merupakan persatuan secara sukarela negara-negara berdaulat yang didirikan atau pernah dijajah oleh pihak Britania Raya (atau sering disebut sebagai Inggris).

Tentu banyak perkembangan isu lain dari soal kemakmuran ini. Itulah mengapa, kami di Nusantara Centre terus meriset “kemakmuran,” buat para pembaca dan pecinta pengetahuan. Setidaknya, tema kemukmuran ini penting karena lima hal.

Pertama, kemiskinan kita tak habis-habis. Rezim sudah berganti-ganti tetapi problem utama berbangsa dan bernegara tak bisa diselesaikan. Setidaknya sampai saat ini.

Kedua, konsep dan roadmap kemakmuran belum solid dan dijadikan model utama pengentasan kemiskinan.

Ketiga, tak banyak agensi yang memahami teori dan konsep ini sehingga kita minim agensi dan subjek-subjek yang serius bekerja di bidang ini.

Keempat, tak banyak buku dan isu yang serius menulis dan merisetnya. Akibatnya, kita abai pada soal maha penting ini di republik.

Kelima, kemakmuran masih dianggap bukan cita-cita bersama bernegara. Tetapi ia dianggap projek individual. Akibatnya, kondisi makmur dianggap hanya keadaan individu yang berkembang, berkemajuan, memiliki keberuntungan dan memiliki status sosial yang sukses. Kemakmuran hanya soal kekayaan, kejayaan, kebahagiaan, keterdidikan dan kesehatan personal; bukan bersama.

Dus, tema kemakmuran ini menjadi sangat penting saat negara-negara besar full nalar memperebutkan ekonomi dan teknologi dunia demi seribu tahun nasib mereka, ketika bangsa kita sibuk ribut tanpa malu dengan basis identitas purba dan dipimpin para gelandangan politik yang defisit terobosan besar.

Di tangan para gelandangan, kisah republik kita jadi cerita sedih yang tak mampu selesaikan macet, banjir, kemiskinan dan utang. Mereka cuma sibuk kapling harta, ayat dan syorga. Maka, kita yang crank mari jangan jemu bertemu. Mencari solusi untuk negeri.

Itulah alasan kami meriset kemakmuran dan sejarah kesejahteraan di Indonesia. Tentu sambil menyadari bahwa kemakmuran itu apa yang kita punya. Sedangkan kesejahteraan itu apa yang kita rasa (lahir dan batin). Tetapi, keduanya setali dua wajah: pasangan yang saling menguatkan, bukan menafikan.(*)

Tags: Nusantara CentreYudhie Haryono
Previous Post

No Debat! Konten Viral Makin Catchy dengan Galaxy Z Flip6, Tunggu Apa Lagi

Next Post

SD Pangudi Luhur Don Bosko Gelar Pelatihan Deep Learning dan AI

Next Post
SD Pangudi Luhur Don Bosko Gelar Pelatihan Deep Learning dan AI

SD Pangudi Luhur Don Bosko Gelar Pelatihan Deep Learning dan AI

Berita Terkini

Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang

Waketum AMPI Pusat Apresiasi Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang, Bukti Adaptif Zaman

7 Agustus 2025
Yudhie Haryono (kiri) dan Agus Rizal (kanan)

Swasta Dalam Sistem Ekonomi Pancasila

6 Agustus 2025
Foto Tony Rosyid Versi AI

Mencari Kandidat Ketum PPP 2025-2030

5 Agustus 2025
Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
  • Iklan & Promosi
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
  • Info Loker

© 2025 Dikembangkan oleh Tim IT Harian Semarang

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi

© 2025 Dikembangkan Oleh Devisi IT Harian Semarang