Hariansemarang.id – Sopo sih sing ora kenal dengan merek atau produk jamu Tolak Angin buatan Sido Muncul. Bicara Tolak Angin, mesti sobat Harian Semarang auto eling kan tagline jamu ini, Orang Pintar Minum Tolak Angin.
Iya kan, sudah tertanam dalam top of mind, Tolak Angin salah satu produk populer Sido Muncul, perusahaan jamu yang bermarkas di Semarang ini.
Nah sejarah merek Tolak Angin ini ternyata nyimpan banyak ceritanya lho. Berikut ini fakta-fakta di balik populernya jamu Tolak Angin. Yuk simak yuk Sobat Harian Semarang.
Dari bulat hitam sampai cair
Ngerti nggak lur, jamu Tolak Angin awalnya itu bukan cair lho. Kemasan produk Tolak Angin mengikuti perkembangan zaman.
Dikutip dari buku Advertising thas Sells: Strategi sukses membawa produk anda memimpin pasar karya Dyah Hasto Palupi, dulu awal pertama kali muncul, pada awal 1950-an, jamu Tolak Angin kui bentuknya bulat hitam setengah lembek. Coba piye bayangno.
Carane konsumsi, tulis Dyah Hasto dalam bukunya, bulat hitam Tolak Angin itu harus dilarutkan dengan diaduk-aduk dalam air hangat.
Kemudian pada 1960-an, dengan dasar pertimbangan teknis, Tolak Angin diubah menjadi serbuk, dengan pertimbangan dengan bentuk serbuk menjadi lebih higienis.
“Jamu bentuk lama (bulat hitam setengah lembek) tidak awet. Kalau kena basah, mudah ditumbuhi jamur,” tulis Dyah dalam bukunya. Dengan bentuk serbuk, menjadi lebih praktis, Tolak Angin tinggal dilarutkan air dan diminum.
Ternyata sudah dalam bentuk serbuk, ada saja konsumen yang nggak nyaman minum jamu Tolak Angin tersebut. Makanya Sido Muncul cari cara supaya konsumen puas.
Akhirnya si bos Sido Muncul, Irwan Hidayat, putuskan Tolak Angin berubah bentuk menjadi cair, sehingga konsumen yang punya kendala psikologis dengan serbuk bisa punya solusi dengan bentuk cair. Jadi belakangan kemudian Tolak Angin bentuknya cair.
Ide dari nongki kaki lima
Nah sobat Harian Semarang, ternyata inovasi mengubah Tolak Angin menjadi cair itu nggak semudah yang dibayangkan lho.
Bos Sido Muncul menggali ide Tolak Angin jadi cari itu berawal dari diskusi dan nongki di warung kaki lima Es Marem di sudut kota Semarang. Ono sing ngerti kaki lima Es Marem ini lokasinya saiki di mana?.
“Irwan menggali ide ide segar dengan sering habiskan Waktu di kaki lima Es Marem. Dia bincang dengan kawan bermain, kawan kerja atau keluarga,” tulis Dyah dalam buku tersebut.
Bos Sido Muncul itu berkeyakinan Tolak Angin dalam bentuk cair itu bisa diwujudkan kok, pikirnya, yang penting ada teknologi cara pembuatannya dan tidak mengubah khasiatnya.
Butuh waktu lho, bos Sido Muncul itu mengeksekusi Tolak Angin jadi cair. Pertama-tama Irwan si bos ini uji coba dulu Tolak Angin cair di lingkungan keluarga dan kerabat. Nah setelah berkali-kali uji coba di lingkungannya, maka Irwan yakin, Tolak Angin cair bakal diterima masyarakat.
“Feeling saya mengatakan demikian,” kata Irwan dalam buku tersebut.
Ternyata benar lho lur, pada 1993 Sido Muncul lakukan branding ulang Tolak Angin dengan bentuk cair, dari sebelumnya serbuk.
Dengan strategi iklan radio kemudian televisi dan merekrut kalangan artis sebagai bintang iklan, akhirnya Tolak Angin cair lambat laun diterima masyarakat sampai saat ini, dengan tagline Orang Pintar Minum Tolak Angin. Kini Tolak Angin menjadi tulang punggung Sido Muncul.
Dadi ngono lur ceritane Tolak Angin dadi popular terkenal, kalian punya cerita apa soal Tolak Angin? Tuliskan di komentar ya.