Harian Semarang
No Result
View All Result
Jumat, Agustus 8, 2025
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
Harian Semarang
No Result
View All Result
Home Artikel

Membaca Ulang Pemikiran Jenius Pak Nas

AH Nasution adalah guru bangsa bukan politisi

18 Februari 2025
in Artikel, Kolom
Menggali pemikiran Jenderal Besar Abdul Haris Nasution

Menggali pemikiran Jenderal Besar Abdul Haris Nasution. Foto Instagram @indonesian.historical dan @ade_irma_1960

57
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Riskal Arief – Peneliti Nusantara Centre

Aula Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKK UMJ) menjadi saksi dari diskusi intelektual bertajuk “Kelas Jenius Pemikiran Jenderal Besar AH Nasution tentang Kepemimpinan Indonesia dan National Security Council” pada Sabtu, 15 Februari 2025. Acara ini diselenggarakan oleh Nusantara Centre (YMNK – Yayasan Membangun Nusantara Kita) bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta dan mendapat dukungan dari Yayasan Rabu Biru Indonesia.

Seminar ini dipandu oleh Prof. Yudhie Haryono dan M. Hatta Taliwang, menghadirkan sejumlah narasumber kompeten di bidangnya. Di antaranya, Prof. Dr. Laode Masihu Kamaluddin, M.Sc., M.Eng., selaku Rektor UICI; Marsma TNI Dr. B.D.O. Siagian, S.E., M.Si.(Han) dari WANTANNAS; Dr. Mulyadi Opu Andi Tadampali, S.Sos., M.Si., akademisi dari UI; dan Mayjen TNI Assc. Prof. Dr. Budi Pramono, S.IP., M.M., M.A., GSC., CIQaR., CIQnR., MOS., MCE., CIMMR., staf ahli KSAD. Hadir pula Mayor Jenderal TNI (Purn.) Kivlan Zen, S.I.P., M.Si., yang berbagi pengalaman pribadi terkait sosok AH Nasution.

Pak Nas: Guru, Bukan Politisi

Sebagai salah satu tokoh yang mengawal lahirnya Republik Indonesia, Jenderal Besar AH Nasution tidak sekadar dikenal sebagai seorang militer, tetapi juga seorang pemikir dengan visi strategis. Prof. Laode Masihu Kamaluddin menegaskan bahwa Nasution adalah seorang negarawan sejati, bukan politisi.

“Ideologi Pak Nas adalah pendidikan. Beliau berlatar belakang sebagai guru, mirip seperti Jenderal Soedirman,” ujar Prof. Laode. Pemikiran Nasution tentang kepemimpinan tidak hanya berorientasi pada kekuasaan, tetapi pada penguatan sumber daya manusia sebagai elemen utama pertahanan negara. Prof. Laode juga menekankan bahwa pemikiran Pak Nas tentang kepemimpinan dan keamanan nasional masih relevan hingga saat ini, terutama dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

Urgensi Dewan Keamanan Nasional

Dalam pemaparannya, Marsma Oktav Siagian menyoroti urgensi National Security Council (NSC) bagi Indonesia. Ia membandingkan luas wilayah Indonesia yang setara dengan 33 negara di Eropa, yang tentu menuntut pengelolaan keamanan nasional yang lebih sistematis.

“Bahkan negara kecil seperti Brunei Darussalam dan Timor Leste sudah memiliki NSC. Mengapa kita belum?” tanyanya. Menurutnya, pembentukan NSC akan membantu Indonesia merancang strategi keamanan yang lebih terstruktur, terutama dalam menghadapi tantangan geopolitik global dan ancaman domestik.

Siagian kemudian memaparkan konsep pokok keamanan nasional menurut pemikiran jenius Pak Nas yaitu keamanan yang tidak saja melibatkan pertahanan militer, tetapi juga stabilitas politik, sosial ekonomi yang merupakan tanggung jawab semua komponen bangsa, agar kita mampu mengamankan diri dari serangan-serangan dari luar. Tentu saja kita mudah bersepakat dengan konsep jenius Pak Nas ini.

Kisah Kivlan Zen tentang AH Nasution

Mayor Jenderal (Purn.) Kivlan Zen turut berbagi pengalamannya saat berinteraksi langsung dengan Pak Nas. Ia menegaskan bahwa Nasution adalah seorang prajurit yang memegang teguh Sapta Marga.

“Pak Nas tidak tertarik pada politik ataupun kekuasaan. Fokusnya adalah bagaimana menjaga stabilitas negara dan mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa,” kata Kivlan. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan Nasution selalu berada dalam koridor profesionalisme militer yang bersih dari ambisi politik.

“Pak Nas adalah sosok prajurit TNI yang memegang teguh Sapta Marga. Beliau sama sekali tidak berminat berpolitik atau mengejar kekuasaan. Baginya, pengabdian kepada negara adalah yang utama,” ungkap Kivlan lebih jauh. Cerita ini mengingatkan kita bahwa integritas dan kesederhanaan adalah nilai-nilai yang harus dipegang oleh para pemimpin bangsa.

Dwifungsi ABRI dan Tantangan Hari Ini

Di sesi kedua seminar, Dr. Mulyadi Opu Andi Tadampali membahas lebih dalam soal Dwifungsi ABRI, sebuah konsep yang digagas oleh Nasution dan kemudian diadopsi oleh Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. “Dwifungsi ABRI yang dijalankan oleh Pak Harto pada era Orde Baru sebenarnya adalah pemikiran jenius Pak Nas. Namun, konsep ini sering disalahpahami dengan Kekaryaan ABRI,” jelasnya.

Ia juga menarik benang merah antara kondisi politik, hukum, dan ekonomi Indonesia saat ini dengan masa ketika Nasution masih aktif di pemerintahan. “Jika Pak Nas masih hidup, mungkin beliau akan melakukan tindakan seperti pada tahun 1952, ketika meluapkan ketidakpuasan terhadap parlemen,” ujarnya.

Dalam catatan sejarah, pada tahun 1952, Pak Nas sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Waktu itu memimpin demonstrasi di depan Istana Merdeka. Demonstrasi ini dilakukan untuk memprotes campur tangan sipil dalam urusan militer. Dalam aksi ini, moncong meriam diarahkan ke Istana Merdeka oleh Kemal Idris, salah satu panglima daerah di bawah komando Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) AH Nasution.

Pengabdian Seorang Prajurit

Seminar ditutup dengan pemaparan dari Mayjen TNI Budi Pramono, yang menyoroti karakter optimis dan dedikasi tinggi Nasution terhadap negara. Ia mengutip salah satu pernyataan Nasution yang menggambarkan prinsip hidupnya sebagai seorang prajurit:

“Tingkat pengabdian serdadu adalah pada kebenaran yang bersumber dari Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Seminar ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga momentum bagi generasi muda untuk memahami lebih dalam pemikiran seorang tokoh yang perannya begitu besar dalam sejarah Indonesia. Dengan menggali kembali gagasan-gagasan AH Nasution, diharapkan lahir pemimpin-pemimpin baru yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki integritas dan keteguhan dalam menjaga kedaulatan bangsa.

Di era tantangan global yang semakin kompleks, pemikiran tentang kepemimpinan, keamanan nasional, dan integritas menjadi hal yang penting untuk diwariskan kepada generasi muda kita. Kita berharap Nusantara Centre dan para mitra dapat terus menginspirasi generasi muda untuk mengenal dan meneladani nilai-nilai kepemimpinan yang diwariskan oleh para pendahulu bangsa melalui “Kelas Jenius” seperti ini. Semoga.(*)

Tags: AH NasutionNusantara CentreRiskal Arief
Previous Post

Ayo Temukan Kebahagiaan Produktivitas pada Usia Emas di Villa Santri Kasepuhan Raden Rahmat

Next Post

Maryati Ingin Memilih dengan Hati

Next Post
Ujang Taufik Nur M, Anggota Bawaslu Kabupaten Cilacap. Foto Dokumen untuk Harian Semarang

Maryati Ingin Memilih dengan Hati

Berita Terkini

Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang

Waketum AMPI Pusat Apresiasi Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang, Bukti Adaptif Zaman

7 Agustus 2025
Yudhie Haryono (kiri) dan Agus Rizal (kanan)

Swasta Dalam Sistem Ekonomi Pancasila

6 Agustus 2025
Foto Tony Rosyid Versi AI

Mencari Kandidat Ketum PPP 2025-2030

5 Agustus 2025
Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
  • Iklan & Promosi
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
  • Info Loker

© 2025 Dikembangkan oleh Tim IT Harian Semarang

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi

© 2025 Dikembangkan Oleh Devisi IT Harian Semarang