Hariansemarang.id – Presiden Prabowo Subianto menegaskan bukan boneka Jokowi. Dalam menyampaikan penegasan tersebut, Presiden Prabowo mengatakan sudah terbukti kok kualitas kepemimpinan Jokowi selama satu decade, makanya tidak ada salahnya Prabowo konsultasi ke Jokowi.
Menurut Prabowo ya lur, konsultasi ke Jokowi bukan berarti dia boneka Jokowi. Sangat berbeda lah katane Prabowo. Konsultasi juga bukan cuma ke Jokowi saja, tapi ke para mantan presiden yakni Megawati Soekarnoputri sampai ke SBY.
Dalam menegaskan bukan boneka Jokowi yang disampaikan pada sidang kabinet paripurna Senin (5/5/2025), Presiden Prabowo juga menyinggung soal penjajahan dan ijazah palsu, apa maksudnya Prabowo.
Nah dulur sahabat Harian Semarang, yuk simak lengkape pidato Prabowo soal boneka Jokowi dan Ijazah palsu serta penjajahan berikut ini:
Saudara-saudara sekalian,
Dalam memerintah, saya ingatkan kepada kita sekalian bahwa sumber kekuasaan kita, sumber wewenang kita adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kita sering mengucap itu, kita sering menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar negara dan kita selalu beracu pada itu, tapi marilah kita jujur kepada diri kita sendiri apakah kita benar-benar sudah menggunakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan sebenar-benarnya atau tidak? Karena menurut pendapat saya, undang-undang dasar kita, Undang-Undang Dasar 1945 sungguh suatu produk yang luar biasa. Tetapi, sebagaimana saya katakan, menurut pendapat saya, elite bangsa telah sadar atau tidak sadar deviasi daripada Undang-Undang Dasar ‘45, telah deviasi dalam beberapa hal yang mendasar. Kalau kita deviasi yang saya katakan, di awal penyimpangannya sedikit, di ujungnya penyimpangan yang besar.
Saya ingatkan bahwa rancang bangun Undang-Undang Dasar 1945 kita luar biasa. Rancang bangun yang telah dibuat oleh pendiri bangsa kita luar biasa. Kenapa? Karena pendiri-pendiri bangsa kita mengalami, mengalami penjajahan, mengalami imperialisme, mengalami penindasan, mengalami kapitalisme yang dibuat untuk menjaga bahwa rakyat kebanyakan tetap miskin.
Pendiri-pendiri bangsa kita mengalami penjajahan imperialis, dua imperialis yang dialami barat Belanda dan Jepang. Sekarang kita baik, dan kita harus baik. Kita tidak mau dendam. Kita tidak dendam sama bangsa Belanda, tidak dendam. Kita tidak dendam dengan bangsa Jepang. Tapi, kita pernah dijajah, pernah ditindas, kekayaan kita diambil terus menerus. Rakyat yang banyak dipertahankan agar tidak menikmati pendidikan, agar tidak boleh ikut dalam perdagangan, rakyat kebanyakan suruh jadi buruh dengan upah murah, suruh jadi petani dengan penghasilan murah/rendah, suruh jadi nelayan. Ini harus kita ingat, Saudara-saudara. Dan, alhamdulillah, kabinet kita memerintah dan kita harus berjiwa besar, kita harus objektif, kita bisa lancar begini, kita bisa bagus begini karena transisi pemerintahan berjalan dengan lancar, dengan baik.
Saya bukan, saya dibilang apa itu, presiden boneka. Saya dikendalikan oleh Pak Jokowi, seolah Pak Jokowi tiap malam telepon saya. Saya katakan, itu tidak benar. Bahwa kita konsultasi, iya. Itu seorang pemimpin yang bijak, yang konsultasi minta pendapat, minta saran. Beliau 10 tahun berkuasa, saya minta saya menghadap beliau enggak masalah. Saya menghadap Pak SBY, tidak ada masalah. Saya menghadap Ibu Mega, tidak ada masalah. Kalau bisa menghadap Gus Dur, enggak bisa. Menghadap Pak Harto, menghadap Bung Karno kalau bisa. Loh, minta pandangan, minta saran. Pak Jokowi berhasil 10 tahun, orang suka tidak suka. Masalah ijazah dipersoalkan. Nanti ijazah saya ditanya-tanya, iya kan? Ini ada wartawan banyak ya.
Nah kuwi dulur sobat Harian Semarang, pidato lengkap Prabowo soal boneka Jokowi dan penjajahan ijazah palsu. (*)