Harian Semarang
No Result
View All Result
Jumat, Agustus 8, 2025
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
Harian Semarang
No Result
View All Result
Home Kolom

Habis Pantjasila Terbitlah Pantjasalah

6 September 2022
in Kolom
Habis Pandjasila Terbitlah Pantjasalah

Habis Pandjasila Terbitlah Pantjasalah

0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Yudhie Haryono

Tak kurang buku kearifan dan tokohnya. Tak kurang buku hebat dan penulisnya. Yang tak ditemukan itu: orang besar untuk bangsa besar; orang pener di negara benar. Itulah Indonesia. Negeri yang selalu kehilangan kesempatan memimpin semesta.

Ke luar dari perangkap pengap itu, penulis dan pemikir terbesar Indonesia di abad ini mencoba menemukenali dengan menggali akar soalnya dari Pancasila. Lahirlah buku Yudi Latif yang super keren. Berjudul super cantik, “Wawasan Pancasila,” diterbitkan Mizan Bandung tahun 2020 (edisi komplit), buku ini hadir ke pembaca setebal 444 halaman dan terdiri dari 6 bab yang cukup komprehensif.

Membaca buku ini kita diajak untuk memahami struktur Pancasila sebagai sebuah elemen perekat dan juga sebagai titik temu, titik tuju dan titik tumpu dari berdirinya negara bangsa Indonesia. Kata wawasan sendiri berasal dari bahasa Jawa ‘wawas’ yang artinya melihat atau mengamati secara inderawi. Dari kegiatan mengamati atau melihat itulah, kemudian seseorang mendapatkan wawasan atau pengetahuan atau pemahaman, tentang sesuatu yang sedang diamati.

Dus, wawasan pancasila adalah pengamatan dan penglihatan pancasila, pengetahuan dan pemahaman pancasila. Ini sebentuk epistema yang mendalam dan sangat filosofis. Satu kajian serius yang tak banyak sarjana kita melakukannya. Karenanya kini masih kering dan sangat jarang diskursus dan narasi soal ini.

Dus, tantangannya datang dari kedangkalan pikiran yang memproduksi eksklusi sosial. Hal itu tampak pada kekerasan sosial berbasis pada isu fundamentalis keagamaan, fasisme ekonomi dan feodalisme kehidupan politik. Hal ini sejatinya menujukkan masih lemahnya gerakan internalisasi, institusionalisasi dan implementasi nilai-nilai Pancasila.

Singkatnya, kita menyaksikan situasi paradoksal. Secara konsepsional, Pancasila merupakan ideologi tahan banting yang kian relevan dengan perkembangan kekinian. Namun, secara operasional, terdapat jurang yang kian lebar antara idealitas Pancasila dan realitas pembumiannya.

Coba kita cek, marhaen tapi mendukung total para konglo busuk; Sosialis tapi mendukung swasta kuasai aset negara; Nasionalis tapi setuju sumber daya alam kita dikuasai asing-aseng; Demokrat tapi setuju penangkapan mereka yang sekedar menyampaikan haknya; Liberal tapi mendukung negara otoriter; Sekuler tapi mendukung negara ngurusin keyakinan warganya; Humanis tapi setuju penghilangan nyawa tanpa pengadilan; Pencinta lingkungan tapi menjarah hutan, dll yang terus paradoks kalau dinalar.

Jurang lebar itulah yang menjadi sumber krisis kebangsaan hari ini. Kehidupan kebangsaan hari ini diliputi cuaca kebatinan dengan megamendung kerisauan, pertikaian, dan penggelapan. Sulit menemukan bintang penuntun yang menerbitkan kesamaan titik temu, titik tumpu, dan titik tuju. Visi kebangsaan ibarat cermin kebenaran yang jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap pihak hanya me- mungut satu kepingan, lantas memandang kebenaran menurut bayangannya sendiri. Rasa saling percaya pudar dan bineka warna sulit menyatu.

Demi mempertahankan Pancasila sebagai karakter bersama, penulis menawarkan pendekatan yang menarik, kreatif dan holistis, dengan menempatkan Pancasila sebagai bintang penuntun yang dinamis dalam merespons dinamika sosial dan global yang kian kompleks.

Dalam kehidupan sehari-hari yang kita nikmati, terdapat banyak nilai-nilai fundamental yang bersifat universal. Namun, lima di antaranya sengaja dipilih dan disepakati oleh para pendiri bangsa dan negara sebagai lima sila yang disebut Pancasila sebagai identitas konstitusional bangsa Indonesia (constitutional identity). Kelimanya itu adalah ketuhanan, kemanusiaan, kebersatuan, kerakyatan dsn keadilan.

Sayangnya yang terus berkembang adalah sebaliknya: kesekuleran, kefasisan, kefeodalan, keoligarkian dan kesenjangan (akut). Inilah lima kesalahan yang ditradisikan, terutama di istana oleh para penghuninya. Sehingga menular secara luas dan banjir KKN di sekitar kita.

Untuk alasan itulah, buku ini mentransfer wawasan dan pengetahuan Pancasila secara luas, penting dan genting karena begitu pentingnya mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari agar bangsa Indonesia memiliki identitas, kesentosaan dan keberadaaban semesta.

Bagi yang tertarik bisa kontak ke saya untuk beli dan mendiskusikannya. Syukur-syukur mampu menggelorakan revolusi pancasila secepatnya. Tentu agar republik ini tak makin sekarat karena melarat hasil kerja para pengkhianat.(*)

Tags: M Yudhie HaryonoPancasilaYudi Latif
Previous Post

Di Hari Kemerdekaan PB HMI Akan Adakan Lomba Penulisan Esai Kedaulatan Pangan

Next Post

Dukung UKM, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Promosi Peyek Wates

Next Post
KKN UIN Walisongo promosikan peyek produk UKM Wates

Dukung UKM, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Promosi Peyek Wates

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini

Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang

Waketum AMPI Pusat Apresiasi Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang, Bukti Adaptif Zaman

7 Agustus 2025
Yudhie Haryono (kiri) dan Agus Rizal (kanan)

Swasta Dalam Sistem Ekonomi Pancasila

6 Agustus 2025
Foto Tony Rosyid Versi AI

Mencari Kandidat Ketum PPP 2025-2030

5 Agustus 2025
Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
  • Iklan & Promosi
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
  • Info Loker

© 2025 Dikembangkan oleh Tim IT Harian Semarang

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi

© 2025 Dikembangkan Oleh Devisi IT Harian Semarang