Oleh Ujang Taufik Nur M – Anggota Bawaslu Kabupaten Cilacap
Dengan mengendarai kendaraan roda dua, datanglah seorang lelaki yang kaca helmnya tertutup rapat ke kantor Bawaslu. Lelaki tersebut menyerahkan amplop berwarna putih yang bertuliskan Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI) dan di bawahnya ada tulisan kepada Ketua Bawaslu Kabupaten Cilacap. Pada amplop tersebut ternyata berisi surat yang isinya hasrat kaum tunanetra mengetahui hal ihwal pilkada. Surat itu “dicap jempol” oleh Ibu Maryati sebagai Ketua dan Ibu Karmilah sebagai Sekretaris.
Sekian banyak lembaga, perkumpulan atau organisasi, sejak saya dilantik menjadi petugas pengawas di Kabupaten Cilacap ini, hanya baru PERTUNI ini yang meminta diberi sosialisasi oleh Bawaslu. Ini menandakan bahwa kaum disabilitas kelompok ini memiliki hasrat yang tinggi untuk mengetahui hal ihwal tentang kepemiluan dan demokrasi. Berdasarkan pemikiran tersebut hasrat dari kelompok tunanetra ini saya sampaikan pada rapat pimpinan Bawaslu Kabupaten Cilacap. Dengan tidak mengencangkan urat kening, para pimpinan Bawaslu Kabupaten Cilacap mengamini usulan tersebut. Tujuh hari berselang saya menghubungi Ibu Maryati selaku Ketua PERTUNI. Saya sampaikan bahwa permohonan sosialisasi oleh PERTUNI telah disepakati oleh pimpinan Bawaslu Kabupaten Cilacap.
Beberapa kendaraan roda empat masuk ke area parkir Hotel Dafam. Setelah kendaraan berhenti keluarlah beberapa orang dengan dituntun orang-orang baik yang mewakafkan waktunya untuk para tunanetra ini. Orang-orang baik ini mengantarkan para tunanetra ini ke kursinya masing-masing. Sesosok perempuan yang mengenakan jilbab berwarna coklat dengan dituntun oleh seorang perempuan yang sepertinya seumuran menghampiri saya. Yang menuntun mengangguk dan tersenyum kepada saya. “Pak ini Ibu Maryati, Ketua PERTUNI Kabupaten Cilacap”. saya menyambutnya dan mempersilahkan supaya duduk di tempat yang telah dipersiapkan.
Di dalam ruangan yang suhunya lima belas derajat dibawah suhu rata-rata kota Cilacap, kegiatan sosialisasi dilaksanakan. Seorang pengatur acara mengawali kegiatan sosialisasi dengan menyampaikan salam dan penghormatan. Selama acara berlangsung, para tunanetra ini sangat antusias dalam mengikuti setiap susunan acara yang telah dikonsep oleh para pengatur. Semangat dan respon terhadap setiap arahan dan perintah para pembicara sangat lain dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki kesempurnaan fisik. Para tunanetra ini lebih semangat, kompak dan responsif. Acara ini menghadirkan narasumber dari pemerhati demokrasi dan akademisi, yaitu Bapak Asep Henry dan Bapak Jenal Sodikin.
Setelah kedua narasumber selesai menyampaiakan materi, dilanjutkan dengan diskusi. Ada dua pertanyaan yang sangat mendasar terkait kebutuhan kaum tunanetra ini. pertanyaan ini disampaikan oleh Ibu Maryati. Perempuan yang sebelum acara dimulai menghampiri saya. Sembari mengedip-ngedipkan mata yang sangat khas bagi orang-orang yang tidak bisa melihat, Ibu Maryati menyampaikan “Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. Yang kami hormati jajaran Bawaslu Kabupaten Cilacap, Narasumber dan mba Moderator. Sebelumnya kami dari PERTUNI Cilacap ngaturaken matursuwun sanget atas diselenggarakannya sosialisasi khusus anggota kami. Ngapunten kami lancang njaluk sosialisasi kepada Bawaslu. Terus terang keterbatasan fisik kami membuat minimnya informasi kepada kami tentang pilkada. Ada dua hal yang saya tanyakan pada kesempatan ini. Yang pertama bagaimana cara kami mencoblos calon Gubernur dan Bupati. Kemudian yang kedua, apakah saat kelokasi pencoblosan kami boleh diantar oleh saudara atau orang lain. Sekian pertanyaan saya, matursuwun wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. Atas pertanyaan tersebut, Bapak Asep menjelaskan bahwa saat pencoblosan surat suara untuk kaum tunanetra kertasnya khusus yaitu yang ada tulisan braillenya. Kemudian untuk pertanyaan kedua beliau menjelaskan bahwa para tunanetra ini boleh didampingi.
Ketika sayup-sayup suara adzan duhur berkumandang, pengatur acara menutup acara sosialisasi. (*)