Hariansemarang.id – Eksistensi paham radikal secara empirik ternyata masih ditemukan di kalangan mantan narapidana terorisme. Padahal sebagian dari mereka telah mengikuti program deradikalisasi dalam lembaga pemasyarakatan.
Pendekatan strategi deradikalisasi holistik kopisosis dapat menjadi alternatif baru untuk mengikis paham radikal tersebut. Temuan tersebut disampaikan Fachrur Rozi, dalam ujian promosi doktor program studi Islam, di Gedung Pascasarjana, Kampus 1, UIN Walisongo Semarang, Kamis (8/5/2025).
Bertindak sebagai ketua sidang/penguji Prof Nizar yang juga merupakan Rektor UIN Walisongo. Anggota penguji lainnya yakni: Prof Muhammad Sulthon (sekretaris sidang), Prof Ilyas Supena (promotor), Dr. Agus Riyadi (co-promotor), Prof Muh. Saerozi (penguji eksternal UIN Salatiga), Prof Awaludin Pimay, Dr Najahan Musyafak, Dr. Hatta Abdul Malik.
Adapun disertasi yang disampaikan dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo ini berjudul: “Strategi Deradikalisasi Balai Pemasyarakatan Kelas 1 Semarang untuk Mantan Narapidana Terorisme (Perspektif dakwah)”.
4 Faktor penyebab, salah satunya stigma
Menurut Fachrur, setidaknya ada empat faktor yang menjadi penyebab tidak mudahnya paham radikal hilang dalam pola pikir dan keyakinan mantan narapidata terorisme. Pertama, indoktrinasi paham radikal telah berlangsung lama.
“Kedua, proses disengagement yang belum tuntas. Di mana pemutusan dengan kelompok jaringan terorisme belum sepenuhnya dapat dilakukan,” ujar Fachrur Rozi yang juga merupakan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang.
Faktor ketiga, lanjut dia, adalah proses reintegrasi sosial yang kurang berhasil. Salah satunya dipicu oleh stigma sosial yang ditujukan kepada mantan narapidana terorisme.
Sedangkan faktor keempat, terkait kondisi ekonomi dan sosial yang kurang mendukung untuk bangkit. “Tingkat pendidikan serta trauma di masa lalu yang menyebabkan mereka rentan untuk kembali terpapar paham radikal,” terangnya.
Strategi Kopisosis
Untuk mengikis paham radikal tersebut, ujar dia, perlu dilakukan strategi deradikalisasi holistik yang mencakup empat bidang, dalam perspektif dakwah. Dai kondang kota Semarang itu menyebutnya sebagai strategi kopisosis.
Fachrur menjelaskan, strategi kopisosis adalah strategi deradikalisasi yang tidak hanya menyentuh aspek keagamaan saja, tetapi juga aspek kemanusiaan. Seperti pemenuhan kebutuhan dasar (ekonomi), membangun rasa empati (psikologi dan sosial), menguatkan nilai-nilai perdamaian sekaligus memberikan pemahaman Islam yang rahmatan lil ‘alamin (sosial spiritual).
“Empat bidang ini kemudian diringkas dengan sebutan strategi kopisosis (ekonomi, psikologi, sosial dan spiritual),” cetusnya.
Dalam salah satu rekomendasi riset disertasinya, Fachrur Rozi meminta, selain pembinaan keagamaan, program deradikalisasi harus memberikan keterampilan kerja dan akses ekonomi bagi mantan narapidana agar mereka memiliki alternatif kehdupan yang lebih stabil dan tak kembali ke ideologi radikal.
Dites Bahasa Asing
Hal yang menarik sempat terjadi dalam sesi pertanyaan dari para penguji. Sebagai promovendus atau peserta ujian doktor, Fachrur Rozi sempat dites kemampuannya dalam berbahasa asing.
Penguji Najahan Musyafak meminta promovendus membacakan beberapa kalimat abstraksi disertasi dalam bahasa Inggris dan menjelaskan maknanya. Sementara Ketua Sidang Prof Nizar menguji kemampuan bahasa Arab promovendus untuk mengartikan per kata hadist yang disitir dalam naskah disertasi.
Fachrur Rozi dengan gaya jenakanya yang khas menjawab dengan tangkas. Hadirin sontak menyambutnya dengan tepuk tangan.
Dalam akhir putusannya, Ketua Sidang Prof Nizar, menyatakan Fachrur Rozi lulus dengan predikat cum laude. Hasil disertasinya diberi nilai 3,94 dari skala 4.
Rektor UIN Walisongo itu juga mengapresiasi Fachrur Rozi yang berhasil menyelesaikan studi doktor di tengah padatnya kesibukan berdakwah. “Tak puas hanya dikenal doktor humoris, namun (Fachrur Rozi, Red) benar-benar menyelesaikan studi doktornya,” canda Prof Nizar yang disambut gelak tawa hadirin.
Prof. Nizar berharap, Fachrur Rozi bisa terus semangat mengejar karir akademisnya, hingga mencapai guru besar di bidang deradikalisasi terorisme. “Ini akan menjadi kebanggaan bagi UIN Walisongo,” ujarnya.
Sidang ujian terbuka tersebut dihadiri puluhan undangan yang memenuhi ruang sidang doktor pascasarjana UIN Walisongo. Selain dari kalangan UIN, hadir pula sejumlah akademisi dan tokoh masyarakat. Di antaranya Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) Prof Masrukhi, Dekan Vokasi Undip Prof Budiyono dan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah K.H. Tafsir.
Tampak pula Ketua Pimpinan cabang NU (PCNU) Kota Semarang KH. Anasom, jajaran pleno pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah Kota Semarang beserta organisasi otonomnya.