Hariansemarang.id – Siapa sangka, sampah sisa dapur di rumah kita ternyata bisa jadi solusi jitu untuk menjaga bumi? Inilah yang digagas oleh Pimpinan Daerah Nasyiyatul Aisyiyah (PDNA) Kota Semarang, sebuah organisasi otonom perempuan muda di bawah naungan Muhammadiyah.
Melalui program “Ibu Jaga Bumi”, mereka aktif mengedukasi masyarakat, khususnya ibu-ibu di Kelurahan Krobokan, Semarang Barat, tentang cara mengolah limbah rumah tangga menjadi eco enzyme yang bermanfaat luas bagi lingkungan.
Suasana di Kelurahan Krobokan begitu meriah, Ahad (20/07/2025) kemarin, saat 50 ibu-ibu PKK berkumpul untuk mengikuti sosialisasi dan praktik pembuatan eco enzyme ini. Sambutan hangat pun datang dari berbagai pihak. Titin, Plt. Kelurahan Krobokan, tak segan menyampaikan apresiasinya yang mendalam, berharap program edukasi lingkungan semacam ini bisa terus berlanjut.
Senada dengan itu, Ketua PDNA Kota Semarang, Prasasti Nugrahaning Gusti,S.H., juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas sambutan hangat warga dan dukungan pemerintah kota yang turut menyukseskan program ini dengan sumbangan bibit tanaman sayur.
Dukungan serupa juga datang dari Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Semarang, Aminah Kurniasih, S.Pd., M.Pd., yang ikut serta langsung dalam kegiatan. “Terima kasih kepada seluruh PDNA karena sudah mendukung terselenggaranya acara pelatihan seperti ini. Karena sebelumnya sudah pernah penanaman mangrove di Mangkang, jadi kali ini kita adakan sebuah sosialisasi dan pelatihan,” tandas Aminah.
Apa Itu Eco Enzyme?
Mungkin tidak semua familiar dengan apa itu eco enzyme. Sederhananya, ini adalah cairan multifungsi yang dihasilkan dari proses fermentasi limbah organik seperti sisa buah dan sayur, gula merah atau molase, serta air. Cairan inilah yang kemudian bisa digunakan sebagai pembersih rumah tangga alami, pupuk organik, bahkan pestisida ramah lingkungan.
Proses pembuatannya pun relatif mudah. Cukup campurkan sisa organik, gula, dan air dengan perbandingan 3:1:10, lalu diamkan dalam wadah tertutup selama minimal tiga bulan hingga proses fermentasi sempurna.
Dalam sesi pelatihan yang dipandu langsung oleh dosen ahli pengelolaan limbah rumah tangga dari Universitas Stikubank Semarang, para peserta terlihat sangat antusias. Mereka menyimak setiap penjelasan dengan saksama, bahkan banyak pertanyaan terlontar yang menunjukkan minat besar para ibu untuk mempraktikkan langsung.
Untuk memastikan pemahaman yang menyeluruh, sesi teori langsung dilanjutkan dengan praktik pembuatan eco enzyme secara bertahap, sehingga setiap peserta bisa memahami prosesnya dengan jelas.
Aksi Nyata Penanaman Bibit dan Dampak Positif Program PDNA
Selain pelatihan eco enzyme, PDNA Kota Semarang juga tidak lupa mengampanyekan pentingnya penanaman bibit. Dengan dukungan bibit terong, cabai, dan tomat dari pemerintah Kota Semarang, para ibu-ibu diajak untuk kembali menghijaukan lingkungan sekitar, dimulai dari pekarangan rumah mereka sendiri. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari komitmen PDNA dalam pelestarian lingkungan, setelah sebelumnya sukses menggelar penanaman mangrove di Mangkang.
Gerakan seperti yang diusung oleh PDNA ini memiliki relevansi tinggi, terutama mengingat fakta bahwa sampah organik menyumbang porsi besar dari total timbunan sampah nasional. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa timbunan sampah di Indonesia pada tahun 2023 mencapai jutaan ton, dengan sampah organik sebagai penyumbang terbesar.
Oleh karena itu, pelatihan eco enzyme dan penanaman bibit merupakan langkah konkret untuk mengurangi limbah, memperbaiki kualitas tanah, dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Di penghujung acara, setiap peserta tidak hanya membawa pulang ilmu baru dan hasil praktik eco enzyme, tetapi juga bibit tanaman untuk ditanam di rumah masing-masing. Ini adalah sebuah upaya kecil yang diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya peran setiap individu dalam menjaga keberlanjutan bumi. (*)