Petani tembakau di Sindoro desa Canggal, Candiroto, Temanggung. |
Temanggung, Harianjateng.com – Akibat curah hujan yang tinggi selama sepekan terakhir, petani tembakau di Temanggung galau karena tanaman tembakau mereka rusak. Petani yang menanam tembakau di lereng Gunung Sumbing, Sindoro dan Prahu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah tersebut tampak rusak akibat hujan yang mengguyur beberapa hari ini.
Agus Parmuji salah seorang petani di lereng Gunung Sumbing, Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Agus Parmuji, di Temanggung, Senin (27/4/2015) mengatakan kebenaran intensitas dan curah hujan yang tinggi mengakibatkan tanaman tembakau yang baru berumur sekitar tiga hingga empat minggu banyak mengalami kerusakan.
Agus juga menjelaskan, tingkat kerusakan tanaman tembakau di lokasi tersebut mencapai 40 sampai 50 persen. Tingginya curah hujan akhir-akhir ini, kata Agus, mengakibatkan tanaman tembakau mengalami busuk batang, batang patah, dan bahkan tanaman yang masih kecil tercerabut terbawa air hujan.
Petani jika tidak cerdas dan bisa menggunakan pola tanam yang baik dan benar, dikhawatirkan kerusakan pada tanaman tembakau tersebut akan mencapai 50 persen bahkan lebih. Untuk mengantisipasi hal itu, perlu menerapkan polybag, agar kerusakan hanya 40 persen saja.
Petani jika tidak cerdas dan bisa menggunakan pola tanam yang baik dan benar, dikhawatirkan kerusakan pada tanaman tembakau tersebut akan mencapai 50 persen bahkan lebih. Untuk mengantisipasi hal itu, perlu menerapkan polybag, agar kerusakan hanya 40 persen saja.
Disulam
Menurut Agus, tanaman tembakau yang rusak akibat guyuran hujan tersebut, solusinya adalah disulam atau diganti dengan yang baru. Hal itu bertujuan agar tanaman tembakau nanti bisa dipanen secara maksimal dan petani tidak rugi besar. “Penyulaman tersebut tentu membuat petani harus mengeluarkan tambahan biaya tenaga kerja,” ujar Agus di Temanggung.
Penyulaman memang menjaci cara jitu agar para petani tetap bisa panen maksimal. Sebenarnya, tidak hanya tanaman tembakau saja yang disulam, namun tanaman lain seperti cabai, bawang, juga bisa disulam ketika mati atau layu.
Sebagai tanaman untuk bahan utama membuat rokok, merawat tembakau memang tidak mudah, apalagi ada hujan yang terus-menerus mengguyur tanpa henti. (Baca juga: Pemkot Magelang Gelar Lomba Melukis Tempat Sampah).
Agus menjelaskan, biaya produksi tembakau relatif tinggi, sebab dari awal tanam sampai selesai panen bisa mencapai sebesar RP. 65 juta bahkan RP. 67, 5 juta per hektare atau naik sekitar 30 hingga 40 persen. Hal itu disebabkan karena hampir semua komponen budidaya naik, antara lain pupuk kandang, pupuk kimia, dan kuli angkut.
Nastain, seorang petani di lereng Gunung Prahu di Desa Kentengsari Kecamatan Candiroto menjelaskan untuk mengganti tanaman yang rusak akibat curah hujan tinggi, pihaknya menggunakan bibit tembakau yang telah ditanam dalam polibag sehingga bisa lebih kuat.
“Saat penanaman pertama, kami memang tidak menggunakan polybag karena banyak bibit yang harus ditanam, namun untuk menyulam terpaksa menggunakan bibit dalam polybag agar tidak mudah tergerus air hujan,” katanya pula. (Red-Harian Jateng/Ant/Foto: Anis Efi)