Foto: Viva.co.id |
Oleh : Ika Cinthia Septiyani
Adalah Nabi Sulaiman, seorang Rasul yang dikaruniai mu’jizat berupa kekuasaan serta kemampuan berbicara dengan semua binatang. Dari kemampuan inilah, terkadang pula Allah SWT memberinya pelajaran tentang berbagai hal dalam kehidupan. Seperti saat di mana Nabi Sulaiman tengah bermunajat kepada Allah di tepi pantai guna mengharap adanya sebuah petunjuk yang akan didapatkannya.
Cukup lama ia duduk terdiam menanti sebuah petunjuk. Sampai, ketika ada sebuah pemandangan menarik yang kali ini menggugah perhatian Sang Nabi. Ya, sekelumit kegiatan seekor semut lah yang membuat Nabi Sulaiman terpaku penuh tanya.
“Apa yang sebenarnya dilakukan semut itu?” batin Nabi Sulaiman saat melihat semut itu tiba-tiba keluar dari mulut seekor ikan yang baru saja berenang dari dalam lautan.
Penasaran, Nabi Sulaiman pun segera bangkit dari duduknya untuk segera mendekati semut yang baru saja mengucapkan salam kepada seekor ikan yang merupakan sahabatnya itu.
“Sampai jumpa Ikan, wassalamuálaikum..” begitu sapa semut sesaat sebelum meninggalkan ikan itu.
“Waálaikum salam Semut, semoga rahmat Allah terlimpahkan padamu” sahut Ikan kemudian menyelupkan tubuhnya untuk kembali menyelami luas lautan.
Pelan semut itu berjalan menuju daratan kering. Namun seketika langkahnya terhenti saat Sang Nabi Sulaiman sudah berdiri di hadapannya. Ia pun menunduk hormat di hadapan Sang Nabi yang juga merupakan Raja dari hampir semua mahluk di wilayah ini, tak terekcuali dirinya yang termasuk dalam koloni semut.
“Yang Mulia, ada apa Baginda berdiri di depan hamba? Adakah sesuatu yang salah dari hamba?” tanya semut sedikit bergidik, sebab memang Nabi Sulaiman merupakan sosok yang memiliki wibawa sangat tinggi di hadapan para mahluk.
Nabi Sulaiman pun hanya melempar senyum, untuk kemudian mencutakan sebuah pertanyaan yang sedari tadi menyesaki kepalanya.
“Tidak Semut, aku hanya penasaran dengan apa yang kau lakukan tadi. Setahuku bukannya semut adalah binatang darat yang sangat tak menyukai kawasan air apalagi lautan seperti ini. Tidakkah hal tadi justru bisa membahayakan jiwamu wahai semut?”
“Tidak salah apa yang Baginda tuturkan tadi. Akan tetapi ini memang sudah menjadi tugas yang harus hamba jalani di setiap harinya Baginda. Jadi, hamba harus melakukannya” jawab Semut itu penuh hormat.
“Tugas? Siapa gerangan yang memberi tugas seberat ini padamu?”
“Maaf Baginda, Sang Maha Raja Allah Azza wa Jalla lah yang memberi tugas ini pada hamba” tutur semut kini berbalik membuat Nabi Sulaiman bergidik.
Jelas saja, meski benar dia adalah penguasa di wilayah ini, namun kekuasaan itu masih lah tidak ada apa-apanya dengan kekuasaan Dzat yang memberinya kekuasaan, Allah SWT. Dia hanya bisa mengucap tasbih karena ternyata mahluk kecil seperti semut ini ternyata juga diberi Allah sebuah amanat yang mungkin saja ia tak mampu untuk melaksanakannya. Maka pertanyaan besar pun kini kembali membayanginya. Tugas apa yang sebenarnya Allah berikan, sampai-sampai seekor semut ini yang dipilih untuk melaksanakan tugas tersebut.
“Wahai semut, jika kau berkenan bolehkah kau tuturkan tugas mulia yang diberikan Allah padamu itu?” pinta Nabi Sulaiman sebab rasa penasaran yang semakin menghantuinya.
“Pasti Baginda, sebab kau adalah seorang Nabi Mulia yang diutus Allah kepada kami. Jadi sebuah kehormatan bisa menuturkan hal ini kepadamu” sembari tersenyum Semut menerima permintaan Nabi Sulaiman itu.
Pun sejurus kemudian Semut menuturkan tugas yang begitu membuat penasaran Nabi Sulaiman itu.
“Wahai Nabiullah, sesungguhnya Allah telah memberikan kekuatan padaku atas tugas yang menurutmu sangat sulit ini. Ya, setiap harinya akan datang di tempat ini seekor burung yang telah membawa makanan-makanan dan harus kuantar pada mahluk-mahluk seperti cacing kecil di dalam lautan sana. Dan atas bantuan ikan tadi, aku bisa menyampaikan makanan-makanan itu pada mereka. Untuk kemudian ikan itu akan kembali mengantarku ke daratan ketika tugas itu telah kuselesaikan. Begitulah setiap harinya. Mungkin terdengar sedikit mustahil, tapi Baginda tentu tahu dan sadar bahwa tak ada yang mustahil bagi Allah Sang Penguasa jagad raya”
“Subhanallah, jadi Allah memberikan rizki-Nya kepada mahluk-mahluk kecil itu melaluimu wahai Semut?” takjub Nabi Sulaiman menanggapi cerita itu.
“Benar Baginda Nabi, melaluiku, burung itu dan ikan itu. Maka dari itu aku terkadang heran dengan polah tingkah manusia yang kerap kali khawatir dengan rizki Allah atasnya. Padahal mereka jauh lebih sempurna dari kaum-kaum seperti kami. Padahal, jika mahluk-mahluk kecil di bawah lautan sana saja sudah dipastikan mendapatkan rizkinya, apakah Allah juga akan meninggalkan mahluk ciptaan-Nya paling sempurna ini?”
Nabi Sulaiman pun sejenak menarik secercah senyumnya, untuk kemudian kembali menanggapi ucapan Semut itu.
“Kau benar Semut, memang terkadang mahluk paling sempurna seperti kami pun harus belajar dari mahluk kecil sepertimu. Bahkan, untuk aku yang merupakan salah satu dari sekian manusia berpangkat Rasul. Maka dari itu, tak pantas memang rasanya kesombongan itu terdapat pada diri seorang manusia. Karena kebesaran mutlak hanyalah milik Allah semata”
“Baiklah Baginda, kiranya hanya inilah yang bisa hamba sampaikan kepadamu. Bolehkah hamba kembali ke rumah hamba?” Semut itu mencoba mengakhiri pembicaraan antara keduanya.
“Tentu Semut, terimakasih atas pelajaran yang kau berikan kali ini” pungkas Nabi Sulaiman kemudian kembali melanjutkan munajatnya pada Allah SWT.
== Selesai ==