Kyai H khamim Al Mustofa di Makom kiai santri sepanjang 6 meter yang terancam longsor. |
Kalikajar, Harian Jateng – Wisata Religi Wonosobo Makam Kiai Sumunggang kondisi memprihatinkan. Sebab, pantauan di lapangan, kondisi makam Kiai Raden Santri atau Semunggang yang berada di Dusun Semunggang, Desa Maduretno, Kecamatan Kalikajar, Wonosobo tersebut terancam longsor.
Hal itu dikarenakan, tanah di samping makam Kiai Raden Santri gembur karena terkikis air hujan secara terus menerus yang sangat berbahaya.
Kiai Khamim Al Mustofa salah satu keturunan kiai Semunggang disela-sela menunjukkan makamnya, Minggu (31/1/2016) mengatakan bahwa apabila tidak segera ditangani, kami khawatir makam tersebut longsor. Karena, kondisi tanahnya sudah tidak stabil.
“Kami sangat membutuhkan bantuan dari berbagai pihak agar makom Kyai Raden Santri tidak sampai rusak,” ujar dia di Wonosobo.
Pihaknya sangat berharap, agar perbaikan itu segera dilakukan. Mengingat, makam kiai Raden santri dan masjid karromah Nurul Huda merupakan lokasi wisata religi masyarakat dari berbagai kota di Indonesia.
Untuk itu, sudah menjadi kewajiban bersama untuk nguri-uri, merawat, menjaga dan melestarikan agar tidak terpupus oleh jaman dan kondisi yang memprihatinkan.
“Kami berharap nantinya pemerintah daerah bisa memberikan kontribusi untuk perbaikan jalan dan senderan makom agar wisata religi tetap eksis dan sejarah terus lestari. Kami juga telah melakukan proses pemugaran dan perbaikan secara berangsur tetapi kondisinya masih memprihatinkan,” ungkap dia.
Tidak hanya itu, kata Kiai Khamim, selain tanah yang mendekati longsor, menjadi keprihatinan saat ini adalah kondisi jalan menuju area makam tak layak. Karena, sepanjang 400 meter dari jalan besar tampak jalanan yang rusak,banyak lubang hingga batu batu tak beraturan.
Sehingga, lanjut dia, membuat banyak pemakai sepeda motor hampir terjatuh.
“Ketidaknyamanan tersebut juga sering dirasakan oleh para peziarah, akan tetapi dengan kondisi para pengunjung tetap tak bergeming, seakan kurang memperhatikan situasi jalanan yang ada,” beber dia.
Kiai H Khamim mengungkapkan, pada malam kliwon banyak peziarah dari berbagai daerah seperti Demak, Kudus, Cirebon, Tegal dan lain sebagainya berdatangan.
Dengan jumlah peziarah dari 60 orang hingga 100 orang tiap malam kliwon, tempat dan fasilitas sederhana harus selalu disediakan oleh Keluarga Kyai H Khamim mustofa, akan tetapi yang disayangkan hal tersebut membuat para peziarah kurang merespon kondisi yang ada.
“Untuk merawat area pemakaman, serta pembayaran listrik dimalam hari saat para peziarah datang saya tanggung sendiri serta pembayaran air pdam untuk mandi dan wudhu para peziarah belum ada bantuan dan tanggapan dari mereka ” pungkas dia. (Red-HJ99/Foto: Ja-Harian Jateng).