Semarang, Harian Jateng – Universitas Negeri Islam (UIN) Walisongo Semarang kini menggagas wisata syariah dan produk syariah. Hal itu menindaklanjuti apa yang disampaikan Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata Republik Indonesia Riyanto Sofyan BSEE MBA.
Sebab, Riyanto Sofyan menandaskan bahwa jumlah muslim di dunia ini mencapai tidak kurang dari 2 milyar orang. Dengan kuantitas itu tidak ayal masyarakat muslim merupakan pasar potensial khususnya dalam pengembangan produk halal dan wisata syari’ah.
Bagaimanapun kebutuhan untuk memiliki rasa nyaman dalam mengonsumsi makanan dan perjalanan yang syar’i adalah dambaan yang tidak saja untuk memenuhi kebutuhan fisik tetapi juga perwujudan nilai-nilai keislaman.
Hal itu dijelaskannya dalam pembukaan Seminar Internasional bertajuk “The Role of Islamic Higher Education on Development of Halal System and Sharia Tourism in Indonesia” di Auditorium I Lantai 2 Kampus I UIN Walisongo Semarang (31/3/2016) yang dihadiri juga pembicara seperti Prof Irwandi Jaswir dari International Islamic University Malaysia (IIUM Malaysia), Dr Asrorun Ni’am Sholeh MSi (Chief of Halal Committee for Halal Food Council), Ir Lukmanul Hakim MSc PhD (Direktur LPPOM MUI-President of World Halal Food Council), dan Prof Dr Achmad Gunaryo MSocSc (Kepala Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Agama).
Dalam seminar yang diselenggarakan oleh Pascasarjana UIN Walisongo dan dihadiri oleh 200 lebih peserta ini Riyanto menyatakan bahwa bisnis dalam kaitannya dengan produk halal dan wisata syari’ah memiliki potensi yang besar.
“GDP (Gross Domestic Product) dari negara-negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Kerjasama Islam) saja sebesar 9,8 triliyun dollar,” ungkapnya.
Dengan pendapatan sebesar itu, lanjut Riyanto, produk halal dan wisata syari’ah saat ini tidak hanya menjadi perhatian bagi negara-negara mayoritas berpenduduk muslim, tetapi juga negara-negara seperti Jepang, Thailand, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa. Negara-negara ini saling bersaing dan berebut menggarap pasar. Tentunya hal tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia.
“Kami masih minim promosi. Karena itu inisiasi seminar internasional Pascasarjana UIN Walisongo sangat kami apresiasi,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Pascasarjana UIN Walisongo Prof H Ahmad Rofiq MA, pemerintah memang telah menerbitkan Undang-undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, tetapi UU ini belum memiliki peraturan yang mengatur lebih teknis seperti Peraturan Pemerintah atau hingga terbentuknya badan tertentu. Sehingga perguruan tinggi, menurut Guru Besar bidang Hukum Islam ini, perlu berkontribusi dalam pengembangan produk halal dan juga wisata syari’ah.
“Perguruan tinggi perlu mendorong bagaimana caranya agar masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya produk halal dan wisata yang syar’i. Ini butuh keseriusan,” imbuh dia.
Dalam kesempatan yang sama Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan UIN Walisongo Dr H Imam Taufiq menyatakan beberapa program studi di UIN Walisongo sangat potensial untuk melahirkan kajian dan penelitian yang tepat guna untuk mendukung produk halal dan wisata syari’ah.
“Prodi-prodi seperti Kimia, Gizi dan Kesehatan misalnya, tentu akan tepat dalam persoalan ini,” terangnya saat membuka acara seminar. Hal ini selaras dengan visi UIN Walisongo yang berpedoman pada paradigma kesatuan ilmu (unity of sciences) untuk kemanusiaan dan peradaban. (Red-HJ99).