Ilustrasi: Prof Muhibbin Rektor UIN Walisongo saat melepa mahasiswa KKN. (Foto: Walisongo.ac.id). |
Tanjungsekar, Harian Jateng – Setelah resmi dilepas oleh Rektor pada 19 April 2016, Ribuan Mahasiswa UIN Walisongo kemudian menjalankan tridharma perguruan tinggi di tempat yang telah ditentukan. Ada sekitar 75 posko yang ditebar di 4 kecamatan, yakni Margoyoso, Wedarijaksa, Pucakwangi dan Gunung Ungkal Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Sesuai tema yang di usung, adalah Posdaya Berbasis Masjid. Tentunya para mahasiswa memfokuskan Masjid sebagai pusat kegitan. Seperti yang dilakukan oleh Posko 56.
Posko yang bertempat di Tanjungsekar ini mempusatkan kajian mulai dari ngaji, diskusi, latihan pidato dan pelbagai pembelajaran lain. Nur Toyib, yang menjadi Koordinator desa (Kordes) menjelaskan bahwa posdaya berbasis masjid sangat relevan dengan UIN Walisongo. Islam yang menjadi embel-embel Universitas Riset tersebut tentunya harus diimbangi oleh adanya aksi yang nyata.
“Saya kira ini sangat cocok untuk dilaksanakan. Tidak hanya sekadar Universitasnya saja yang Islam, namun pengabdiannya pun juga harus benar-benar Islami. Dan menjadikan Masjid sebagai Posdaya itu merupakan salah satu bukti riil bahwa UIN Walisongo berkomitmen menjalankan tridharma perguruan tinggi secara Islami, ucap Kordes Posko 56,” beber dia.
Menariknya, Jajaran perangkat desa Tanjungsekaryang dikepalai oleh Bapak Iryanto (Totok) menyambut kedatangan Mahasiswa Posko 56 dengan sangat ramah. Menurutnya, Selain menguasai teori, Mahasiswa juga harus mempraktekkan teori tersebut kedalam masyarakat.
“Dinamika dalam kampus dan lapangan itu sangat berbeda. Kalau dalam kampus, kita bebas mencari teori sehabis-habisnya tanpa harus melihat lapangan secara langsung. Tapi kalau dalam masyarakat, kita dituntut untuk mempraktekkan teori itu,” tutur Kepala Desa.
Selain itu, melihat masyarakat yang sangat hiderogen, Mahasiswa harus mampu menyeleksi teori yang telah didapat dalam bangku perkuliahan.
“Dan tentunya tak semua teori dapat berlaku. Sebab melihat masyarakat yang hiderogen, Mahasiswa dipaksa harus selektif dalam menerapkan teori yang telah didapat,” pungkas pak Totok.
Perlu diketahui bahwa, Posdaya Berbasis Masjid ini telah 3 kali diterapkan. Pertama di Temanggung, Blora dan Pati. Oleh sebab demikian, trobosan ini diharapkan mampu mengembalikan masjid sebagai tempat utama dalam melaksanakan berbagai bentuk kegiatan. (Red-HJ99/ Chasbullah Anwar).