![]() |
Camat Pulosari Drs. BPM Wibowo sedang membagi banyu panguripan ke 12 Lodhong |
Pemalang – Dua belas kepala desa se-kecamatan Pulosari dengan menggunakan pakaian adat jawa dengan hidmat duduk bersila dibarisan paling depan, dibarisan belakang tampak para pamong desa yang membaur duduk dengan rapih bersama masyarakat yang hadir malam prosesi ruwat banyu panguripan, tampak di panggung duduk berhadapan dengan masyarakat kepala desa Jurangmangu Sugondo, Camat Drs. BPM Wibowo, Ustad. Khaerudin(Clekatakan), Habib Ali, H. Umar Khafi(Karangsari)
Tepat pukul 20.00wib kepala desa Jurangmangu Sugondo pada Jum’at (19/8/2016) mengawali rangkaian prosesi ruwat festifal wong gunung dengan melakukan penyatuan 7 (tujuh) sumber “banyu panguripan” yang telah berhasil diambil oleh tim expedisi dari lereng gunung selamet, ke dalam genthong panguripan dengan diiringi suluk puja mantra, suasana terasa hening, khidmat dengan diselimuti suasana udara mistis.
Drs. BPM Wibowo, camat Pulosari dalam sambutannya mengatakan pihanya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat kecamatan Pulosari yang dengan semangat kebersamaan mendukung festifal ruwat banyu panguripan yang di tempatkan di halaman balai desa Jurangmangu dengan tujuan menjadikan masyarakat Pulosari berkehidupan lebih baik, lebih makmur.
“Dengan semangat kebersamaan seperti semangat yang telah dicontohkan oleh pendahulu kita dalam merebut kemerdekaan saling bahu membahu, dijauhkan dari bencana alam,”paparnya.
Selanjutnya Camat Pulosari membagikan”banyu panguripan” kepada 12(dua belas) kepala desa dengan menuangkan ke dalam lodong sebagai simbol jumlah desa di kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
Suasana menjadi semakin hening ketika H.Umar Khafi memberikan Tausyiah, dikatakan oleh tradisi ruwatan sudah biasa dilakukan oleh para pemimpin pada jaman dahulu termasuk dilakukan oleh jaman waliyulah, nabi dan Rosul walaupun dengan cara dan suasana yang berbeda, seperti yang pernah dilakukan Siti Hajar bersama putra Ismail ketika mereka berdua kehausan di padang pasir, Siti Hajar harus lari ke sana kemari mencari air dengan meletakan Ismail di pasir terlebih dahulu, setelah sekian lama berlari-lari ke sana kemari atas kuasa Allah swt pasir yang kena hentakan kaki Ismail keluar sumber mata airnya yang sampai sekarang tidak pernah kering.(Red-HJ99/Joko longkeyang).