Harian Semarang
No Result
View All Result
Jumat, Agustus 8, 2025
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
Harian Semarang
No Result
View All Result
Home Politik

Jokowi vs SBY

6 Mei 2023
in Politik
Jokowi vs SBY

Jokowi vs SBY. Sekab.go.id

0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Tony Rosyid – Pemerhati bangsa dan pengamat politik

Demokrat sedang mau dicaplok. Kata Romahurmuzy, dicopet. Entah apapunlah istilahnya. Bahasa ini muncul karena pihak yang ingin ambil Demokrat adalah Moeldoko. Moeldoko bukan kader Demokrat. Ia ingin ambil Demokrat. Meski melibatkan mantan orang internal Demokrat. Ini aneh dan terlalu nekat.

Lepas dari segala dinamika di partai berlambang mersi ini, upaya pengambilalihan partai Demokrat oleh orang di luar kader partai adalah tidak wajar dan terkesan sangat kasar. Apalagi jika mengingat bahwa Moeldoko adalah Panglima TNI yang diangkat presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dalam hal ini, SBY-lah yang pernah membesarkan Moeldoko sampai puncak karir militernya. Ketika Moeldoko gabung ke pemerintahan yang sekarang sebagai Kepala Staf Kepresidenan, mengapa ia, kata orang Jawa, tega ambil alih Demokrat. Kok bisa ya?

Moeldoko saat ini menjadi Kepala Kantor Staf Presiden atau KSP. Maka, sepak terjang Moeldoko pada akhirnya “mau tidak mau” menyeret nama Jokowi, presiden ke-7 RI. Apa yang dilakukan Moeldoko pasti diketahui oleh Jokowi. Setidaknya, Jokowi membiarkan upaya Moeldoko ambil alih Demokrat. Publik bahkan memahaminya lebih dari itu.

Moeldoko bukan siapa-siapa jika tidak menjadi Kepala Staf Kepresidenan. Tanpa posisi dan kekuasaan di tangannya, sulit dibayangkan Moeldoko berani dan punya nyali untuk mengambil alih partai milik mantan presiden. Rasa-rasanya sulit itu bisa terjadi.

Karena Moeldoko adalah Kepala Kantor Staf Presiden, maka sepek terjangnya akan dikait-kaitkan dengan presiden yang sekarang. Konflik di Demokrat tidak lagi dipahami publik sebagai rivalitas Moeldoko dengan SBY. Ini dianggap tidak apple to apple. Tidak kelasnya. Bukan lawan yang seimbang. Publik membacanya ini adalah rivalitas Jokowi vs SBY.

SBY tentu akan all out, menggunakan semua kekuatannya untuk melawan dan mempertahankan Demokrat. Ini bukan soal politik dan nasib anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Tapi, ini soal harga diri. Harga diri seorang mantan presiden dua periode. Apa yang dilahirkan, dirintis dan dibesarkannya, mau diambil alih begitu saja oleh orang luar. Ini terlalu kasar.

Coba bayangkan, mantan presiden dua periode, partai yang dirintis dan dibesarkannya dengan segala jerih payah diambil begitu saja oleh penguasa setelahnya. Ini tentu membuat SBY amat tersinggung dan sakit hatinya pada lebel tingkat dewa. Banyak orang tidak suka sama SBY. Tapi dalam konteks perampasan partai Demokrat, publik bersimpati dan membela SBY. Karena ini dianggap tidak lazim dan berpotensi merusak perpolitikan Indonesia di masa depan.

Jepara, 5 Mei 2023

Tags: JokowiSBY
Previous Post

Kominfo RI Lakukan Verifikasi Lapangan di LPPL Temanggung TV

Next Post

Presiden Seharusnya Tidak Menjadi King Maker

Next Post
Presiden harusnya tidak jadi king maker

Presiden Seharusnya Tidak Menjadi King Maker

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini

Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang

Waketum AMPI Pusat Apresiasi Political Leadership Camp Golkar Kota Semarang, Bukti Adaptif Zaman

7 Agustus 2025
Yudhie Haryono (kiri) dan Agus Rizal (kanan)

Swasta Dalam Sistem Ekonomi Pancasila

6 Agustus 2025
Foto Tony Rosyid Versi AI

Mencari Kandidat Ketum PPP 2025-2030

5 Agustus 2025
Gagasan berdirinya Indonesia

Gagasan Inti Berdirinya Indonesia

7 Agustus 2025
Memiskinkan republik lewat statistik

Memiskinkan Republik Lewat Statistik

7 Agustus 2025
PPP selamat dengan empat tokoh ini

Empat Tokoh Kompak, PPP Bisa Selamat

7 Agustus 2025
  • Iklan & Promosi
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
  • Info Loker

© 2025 Dikembangkan oleh Tim IT Harian Semarang

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi

© 2025 Dikembangkan Oleh Devisi IT Harian Semarang