Ilustrasi: Saut Situmorang |
Oleh Lutfi bahtiyar
Mantan Aktivis HMI, saat ini tinggal di Tokyo Jepang
Entah siapakah Saut Situmorang, tidak banyak orang tahu. Beliau memang lebih sering bekerja di belakang meja, pernah menjadi sekertaris KBRI Singapura, Dosen kemudian bekerja di Badan Intelejen Negara (BIN).
Dan Masyarakatpun kaget ketika Si Saut justru terpilih menjadi anggota KPK mengalahkan Prof. Jimly Assidiq mantan ketua Mahkamah Konstitusi, juga Johan Budi yang pernah menjabat sebagai Plt. Pimpinan KPK.
Namun masyarakat tidak ambil pusing hingga pernyataannya yang sangat memojokkan HMI,” mereka (HMI) orang-orang cerdas ketika mahasiswa, kalau di HMI minimal LK I, tetapi ketika menjadi pejabat mereka korup dan sangat jahat”.
Pernyataan ini tentunya memiliki dampak politik yang sangat mengerikan dibanding kasus “bebek nunggingnya” Zaskia Gothik, bahkan lebih buruk dari apa yang pernah diucapkan Donald Trump yang sangat anti Islam. ” I think Islam hate us,” Katanya kepada CNN (10 Maret 2016) karena Trump hanyalah seorang Konglomerat properti yang tidak mempelajari Islam.
Sebagai lembaga profesional, KPK sepertinya kecolongan dengan masuknya Saut. Segala keputusan KPK akan terkesan bias karena salah satu anggotanya memiliki prejudice terhadap HMI.
Setidaknya masyarakat yang telah menyaksikan pendapat-pendapat saut sebagai ketua KPK akan menyimpulkan bahwa pendapatnya tentang HMI telah melewati proses data early warning, forcasting dan problem solving.
Yang paling ditakutkan bila ternyata Saut telah mendapatkan data yang salah tentang HMI hingga bukan hanya sekedar prejudice tetapi memang sentimen dengan tidak mengambil sikap check and re-check terhadap data yang ada.
Hasilnya, Saut mengeluarkan pernyataan negatif tentang HMI yang merupakan forcasting bahwa keberadaan HMI akan terus melanggengkan korupsi.
Bila Saut tidak segera mempertanggung jawabkan ucapannya di depan publik, maka lima azas KPK : kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas, seperinya hanya menjadi slogan yang tidak terbuktikan.
Logika-logika yang aneh akan semakin membuka kritik terpilihnya Saut Situmorang sebagai ketua KPK. Saut yang memang zero (tidak dikenal), ternyata tidak mengenal peran dan fungsi KPK.