Para relawan yang tergabung dalam Volunteer Dejavato. Para relawan mengikuti Prambanan Short Workcamp sejak tanggal 9 Agustus 2016 sampai dengan 18 Agustus 2016 di Desa Bugisan Klaten. |
Klaten, Harianjateng.com – Belasan relawan yang terdiri atas 10 relawan lokal dan tiga relawan asing dari Finlandia, Amerika Utara, dan Jepang mementaskan drama asal usul Candi Plaosan untuk memeriahkan peluncuran Desa Wisata Bugisan Klaten, Jawa Tengah.
“Kami ingin mengenalkan asal usul Candi Plaosan dihadapan penonton yang kebanyakan anak sekolah, warga sekitar, pengunjung, dan kantor pemerintahan. Kami berharap kegiatan ini dapat mengangkat pesona Candi Plaosan seperti halnya Candi Prambanan,” kata camp leader Prambanan Short Workcamp Imelda Oktavia S di Klaten.
Relawan yang tergabung dalam “Volunteer Dejavato” tersebut mengikuti Prambanan Short Workcamp dari 9-18 Agustus di Desa Bugisan Klaten.
Tidak hanya pementasan drama, lanjut Imelda, para relawan juga ikut dalam kegiatan renovasi dan konservasi candi, mengajar Bahasa Inggris, kunjungan home industry, serta terlibat aktivitas dengan warga Desa Bugisan.
Kepala Unit Candi Plaosan dan Soejiwan Badan Pelestarian Cagar BudayaJawa Tengah Wahju Hidajat mengatakan para relawan yang tergabung dalam “Volunteer Dejavato” juga melakukan aktivitas pembersihan manual basah dan kering pada Candi Perwaradi kompleks Candi Plaosan serta membantu pemugaran Candi Bubrah yang lokasinya masih berdekatan.
“Kami telah memberikan bimbingan pada mereka di awal kedatangan mereka. Kami mengapresiasi kegiatan seperti ini karena turut melestarikan budaya Indonesia dan promosi ke mancanegara,” katanya.
Dalam drama tersebut, para relawan menggambarkan mengenai asal usul Candi Plaosan yang merupakan candi perpaduan agama Hindu Budha sebagai wujud cinta Rakai Pikatan dan Pramudyawardhani.
Rakai Pikatan berasal dari Dinasti Syailendra, sedangkan Pramudyawardhani dari Dinasti Samaratungga.
Di wilayah Candi Plaosan terdapat stupa yang merupakan ciri khas Budha dan bentuk candi yang ramping serta berupa kompleks yang merupakan ciri khas Hindu.
Keadaan tersebut juga menunjukkan adanya toleransi antarumat beragama serta kerukunan yang terjalin di masa itu. Tak jauh dari Candi Plaosan terdapat Candi Sewu dan Candi Bubrah yang berada di wilayah Desa Bugisan Klaten serta Candi Prambanan.
“Kegiatan semacam ini diharapkan mampu mengangkat potensi Candi Plaosan agar lebih dikenal dan dikunjungi masyarakat,” demikian Wahju Hidajat.
Pemerintah Kabupaten Klaten mencanangkan beberapa dukuh di Desa Bugisan sebagai desa wisata untuk mengangkat potensi Candi Plaosan. Potensi yang dimiliki antara lain kesenian Karawitan, Jathilan, Gejoklesung, dan Srandul. (Red-HJ99/ant).