Harian Semarang
No Result
View All Result
Selasa, Agustus 5, 2025
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
Harian Semarang
No Result
View All Result
Home Ragam

Kodok Mangan Ulo

10 Juni 2022
in Ragam
Ilustrasi rokok kretek Kodok Mangan Ulo. Foto Facebook Hasan Aoni

Ilustrasi rokok kretek Kodok Mangan Ulo. Foto Facebook Hasan Aoni

39
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Hasan Aoni

Tidak ada hubungan antara serangga dengan rokok. Tapi, nama-nama binatang itu pernah populer menjadi merek rokok di era pra kemerdekaan dan setelahnya. Ada merek Djangkrik, Entoeng, Tawon, Orong-orong, Klabang, bahkan Goendik (atau “lonte” alias othe-othe, serangga jenis nocturnal, yang berkeliaran di malam hari).

Ada juga nama-nama buah, seperti Djeroek, Mangga, Klapa, Bentoel, Soekoen, Jamboe Bol, Djoewet, Pelem, Blimbing, Tjokak. Merek-merek lain mengambil nama dari golongan reptil, karnivora, sayuran, instrumen musik, alat dapur, sampai golongan hantu.

Di antara nama-nama itu terselip merek yang keluar dari pakem: “Kodok Mangan Ulo”, sebelum kemudian berubah menjadi Djeroek, lalu Djangkar, dan terakhir Bal Tiga. Merek rokok buatan Nitisemitho ini merajai pasar rokok di Indonesia. Ia sampai digelari Kretek-Konning alias Raja Kretek.

“Siapakah para pembayar bandrol rokok (tabbacsaccijn) hingga tiga juta gulden itu?” tanya Ratu Wilhelmina, pada 1933.

Parada Harahap, seorang wartawan, ditugasi menelusuri. Parada mencatat, “Meski Raja Kretek penyumbang devisa terbesar pemerintah kolonial, tetapi Niti dan para pengusaha pribumi diwajibkan duduk berjongkok setiap menghadap pejabat.” Para pengusaha yang mulia di mata ribuan buruhnya diperlakukan seperti kodok yang hina.

Saat VOC jatuh, disusul pemerintahan kolonial Belanda, para pejuang bangkit, dan industri rokok, seperti dicatat S. Margana, menyumbang besar perjuangan kemerdekaan RI. Bahkan saat Belanda ingin merebut kembali Papua, nun jauh jaraknya dari Kudus, setiap buruh menyumbang satu batang rokok untuk para pejuang Mereka, yang sekian abad dianggap kodok, berubah seketika menjadi ular. Keadaan yang digambarkan persis seperti merek rokok Nitisemito, “Kodok Mangan Ulo” (kodok makan ular).

Salam dongeng!
Hasan Aoni

Tags: Hasan AoniHasan Aoni AzisKodok Mangan UlorokokRokok kretekSejarah rokok
Previous Post

Dibeking Jokowi, Ganjar Akan Lawan Megawati?

Next Post

Hati-hati dengan Zuhud Alibi

Next Post
Ilustrasi orang zuhud. Foto Pixabay/Javad_esmaeili

Hati-hati dengan Zuhud Alibi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Krisis Ideologis Dalam Ekopol Perdagangan Indonesia

Krisis Ideologis Dalam Ekopol Perdagangan Indonesia

31 Juli 2025
Indonesia Pasca Kwik Kian Gie

Indonesia Pasca Kwik Kian Gie

30 Juli 2025
Terobosan di Balik Foldable Tertipis dan Tercanggih dari Samsung

Terobosan di Balik Foldable Tertipis dan Tercanggih dari Samsung

29 Juli 2025
  • Iklan & Promosi
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
  • Info Loker

© 2025 Dikembangkan oleh Tim IT Harian Semarang

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi

© 2025 Dikembangkan Oleh Devisi IT Harian Semarang