Semarang, Hariansemarang.id – Dalam menulis artikel populer (opini/esai), penulis bisa menggunakan dua gaya yaitu gaya teknokratis dan gaya sosiologis. Hal itu diungkapkan Kepala Sekolah SMP Tahfidz Al Furqon Karangawen Demak Junaidi Abdul Munif saat menjadi narasumber Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) Plus Part 2 Gerakan Literasi Karya Tulis Jurnalistik bertema “Strategi Penulisan Artikel Populer (Opini/Esai) bertema Pendidikan” pada Selasa (5/11/2024) melalui Zoom Meeting.
“Gaya teknokratis itu, opini pendidikan yang ditulis untuk menanggapi pendidikan dalam perspektif regulatif, Undang-undang, Peraturan Menteri, dan lainnya. Kalau gaya sosiologis itu, opini pendidikan yang menyoroti kaitan pendidikan dengan dunia luar pendidikan. Melihat dampak pendidikan dengan masyarakat,” kata Junaidi yang dimoderatori mahasiwa INISNU Temanggung Fina Alif Laila tersebut.
Pihaknya mencontohkan, gaya teknokratis bisa mengkaji isu-isu kebijakan pemerintah, kurikulum, mata pelajar, strategi belajar dan mengajar, dan kebijakan tentang guru. “Sedangkan gaya sosiologis, bisa mengkaji pendidikan dengan dunia kerja, pendidikan dengan perilaku masyarakat, pengaruh dunia luar terhadap peserta didik, dan pendidikan dengan ekonomi,” lanjut Peraih Juara I Lomba Esai Hari Santri Nasional PBNU tahun 2017 tersebut.
Pihaknya juga membeberkan, bahwa tema pendidikan sangat penting untuk ditulis. “Mengapa pendidikan? Ya, karena tema pendidikan selalu menarik karena berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, terutama generasi muda yang diharapkan membangun bangsa di masa mendatang. Pendidikan di Indonesia sangat beragam, Pendidikan formal, nonformal, dan informal,” lanjut dia.
Pendidikan di Indonesia, katanya, dinaungi oleh tiga Kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), dan Kementerian Agama. “Pendidikan agama punya peran penting dalam lanskap pendidikan di Indonesia
Sementara itu, dosen Teknologi Pendidikan UNNES Abdul Arif menambahkan juga bahwa esai memiliki perbedaan mendasar dengan opini meski sama-sama ditulis dengan gaya populer.
“Esai itu tulisan singkat yang mengungkapkan opini, pandangan, atau interpretasi penulis tentang suatu isu. Ciri khasnya berisi argumentasi yang kuat, analisis mendalam, dan gaya bahasa yang khas,” katanya.
Pihaknya juga membeberkan sejumlah tips menulis esasi. Pertama, tentukan topik yang relevan dan menarik. Kedua, lakukan riset dan kumpulkan data yang valid. Ketiga, buat outline sebelum menulis. Keempat, gunakan bahasa yang jelas, lugas, dan mudah dipahami. Kelima, gunakan gaya bahasa yang personal dan menarik. Keenam, berikan contoh dan ilustrasi yang relevan. Ketujuh, akhiri dengan kesimpulan yang kuat dan berkesan.
Kegiatan itu digelar Dalam rangkaian Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) Plus Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah yang dibuka oleh Koordinator GLM Plus Hamidulloh Ibda yang mewakili Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah. “Kegiatan ini baru edisi kedua, minggu depan sampai akhir Desember insyaallah kita setiap hari Selasa akan konsisten menggelar Pendidikan dan Pelatihan GLM,” katanya dalam kegiatan yang diikuti ratusan peserta dari unsur guru, tenaga kependidikan, pelajar Ma’arif NU tersebut. (*)