Betapa sulitnya mengenalimu. Bahkan sekedar bersenda. Padahal dalam nadiku sudah kupatri namamu. Bahkan telah kusepuh emas semilyar karat dalam ingatanku. Demi zahirmu. Yang karena bodoh, memakan bertrilyun waktu. Berjuta hari dan bertruk-truk hempasan badai. Hingga tiap batu tau persis cinta dan rinduku.
Tapi itu semua hanya fotamorgana. Sebab kau tak pernah berjalan ke arahku. Ke arah jendela yang kubuka buat wangi matamu. Kau dingin dan menipu. Mulut dan tulisanmu hanya kijing di pekuburan tua. Diam dan berdebu. Dikunjungi setahun sekali. Saat orang-orang hidup menyadari akan mati. Padahal, pagi ini sangat cerah sekali. Secerah hatiku yang akan kuwakafkan buatmu. Siang ini sangat hangat. Sehangat jiwaku yang telah kuhibahkan buatmu.
Maka, di sisa usia. Di ujung kehidupan yang sia-sia. Kesepian ini menelan jauh sebelum jasad ditelan kuburan. Tetapi, hati kita senantiasa muda. Dalam perjalanan menembus waktu; lapis demi lapis. Hati dan nurani kita mesti muda dan tetap selembut sutra. Walau, kita tahu kini zaman edan. Yang berjaya yang berdusta. Yang kaya yang menyiksa. Yang berkuasa begundal saja.
Mari simak fatwa Kahlil Gibran, “hidup pada akhirnya merupakan perjalanan kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan, semua hasrat keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan. Dan, pengetahuan adalah hampa, jika tidak diikuti pelajaran. Dan, setiap pelajaran akan sia-sia, jika tidak disertai cinta. Sebab, cintalah asal muasal kehidupan dan akhir muakhirnya.”
Rupanya engkau wafat. Dan, aku tak bisa tidur karena pagi ini mendengar kabar engkau meninggal. Kekasih yang tak pernah bertemu. Cinta yang tak pernah bersemi. Rindu yang tak pernah berharga. Waktu yang tak pernah bersama. Ajaib. Selamat jalan kekasihku. Sampai jumpa nanti di altar Tuhan.
Kini aku merintih pedih. Ya Rabb-ku, cukupkanlah kami dengan rezeki yang halal sehingga terhindar dari yang haram. Kayakanlah kami dengan nikmat-Mu sehingga tidak meminta kepada selain-Mu. Jangan jadikan kami penggunjing, pemaki-maki, pemarah dan manusia tak tahu diri karena serakah seperti para munafikun di negeri ini. Aamiin. Aamiin. Aamiin ya rabbal alamin.(*)