Harian Semarang
No Result
View All Result
Jumat, Juni 13, 2025
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi
No Result
View All Result
Harian Semarang
No Result
View All Result
Home Hiburan Cerpen

Menggambar Takdir Zaman Kalajaka Nabinya Widada

24 September 2022
in Cerpen
Kematian Socrates

Kematian Socrates. Foto Pixabay/GDJ

0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh M Yudhie Haryono

“Taukah kamu payung teduh?” Tanyamu sambil mengusap-usap telapak tanganku. “Aku ingin memberimu semua lagu dan kasetnya untukmu,” ia melanjutkan obrolannya. Aku, saat itu, cuma tertegun dan bisu. Aku, yang hariannya mendengar Ebiet, Iwan Fals, Sade, Enya, Andrea Bocelli, U2 dan Josh Groban tentu tak “ngeh” siapa itu payung teduh. Nama yang aneh, batinku.

Lalu, ia berdiri dan menyanyi merdu sekali, “Walau tidak tahu kapan. Mimpiku berjalan bersamamu dalam terik dan hujan. Berlarian ke sana ke mari dan tertawa. Membincang keceriaan. Melupa kesakitan dan kemiskinan. I love you.”

Aku terus duduk. Menikmati lagu-lagu yang kau nyanyikan. Lalu, menulis pendek. Cantikmu seperti mineral: digaruk di Indonesia, diperdagangkan di Singapura, dinikmati di Amerika dan Eropa. Dan, kami melihat, para elite menumpuk-numpuk komisi sambil tertawa saat rakyat makin jelata.

Saat bersamaan, sekolah-sekolah Indonesia bertanya apa yang kita ingat, bukan apa solusi bagi problem yang kita hadapi. Ini jenis kesesatan yang makin memiskinkan kita semua: buta peta, buram metoda. Maka, cintamu itu meresahkan. Sebab jika berlanjut, kita akan melahirkan generasi yang sekolah dan kenyataannya tak nyambung sama sekali.

Kamu merespon ketikanku sambil bernyanyi kembali. Soal ikhlas yang dinyanyikan dengan senyum termanis di senja itu. Lagi-lagi, ini lagu payung teduh.
Kita tak semestinya berpijak di antara/Ragu yang tak berbatas/Seperti berdiri di tengah kehampaan/Mencoba untuk membuat pertemuan cinta/Ketika surya tenggelam/Bersama kisah yang tak terungkapkan/Mungkin bukan waktunya/Berbagi pada nestapa/Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap.

Kujawab, kasihku yang maha syahdu. Negeri kita hari ini adalah negara yang lebih mementingkan kebodohan di atas kejeniusan; mengutamakan keburukan di atas kebaikan; mentradisikan penderitaan di atas kenikmatan; membiarkan kesenangan di atas kepariaan; memaksa rakyat sakit saat negara sakit (jiwa); mengagamakan KKN di atas kewarasan; mempertontonkan penipuan di atas kejujuran.

Kisah negeri ini terasa waktu begitu getir. Dari kisah ke cerita. Dari cita-cita ke angan-angan. Tuhan dan sekondan makin tak ketemu alamatnya. Seperti meninju udara kosong. Melompong.

Ya. Kita hanya menyaksikan para penipu berkeliaran dan berkuasa saja 20 tahun ini. Rasa-rasanya “ilmu negara dan pengetahuan bernegara” tidak pas lagi dipakai sebagai “alat analisa” karena Indonesia kini bukan negara Indonesia. Inilah zaman kalajaka yang nabinya Widada. Tetapi, sambil kita datangkan payung teduh, semoga bahagia selalu ada. Muwah. I love you.

Lalu katamu padaku, “Apakah yang engkau cari/Tak kau temukan di Indonesia kita/Apakah yang engkau inginkan/Tak dapat lagi dipenuhi bangsa ini/Tapi mari benahi. Mari gambar lagi. Lukis masa depan yang bukan mafia berkuasa.(*)

Tags: cerpenM Yudhie HaryonotakdirYudhie HaryonoZaman Kalajaka
Previous Post

Buku Novel Keren untuk Booklovers, Mengalir tanpa 1000 Tahun Masa Depan

Next Post

Viral! mantan pentolan ekstra di UIN Walisongo melakukan kekerasan seksual

Next Post
Gambar: Akun Tiktok (Renyka) menyebutkan adanya tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh pentolan organisasi ekstra di UIN Walisongo

Viral! mantan pentolan ekstra di UIN Walisongo melakukan kekerasan seksual

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Gathering LTN NU Temanggung Cetak Jihadis Media Aswaja

Media Gathering LTN NU Temanggung Cetak Jihadis Media Aswaja

12 Juni 2025
Dewan Pengawas Serahkan SK Dewan Direksi LPPL Temanggung TV

Dewan Pengawas Serahkan SK Dewan Direksi LPPL Temanggung TV

11 Juni 2025
Majalah MOPDIK Ma’arif Jateng Tawarkan Strategi Penguatan Komisariat IPNU-IPPNU

Majalah MOPDIK Ma’arif Jateng Tawarkan Strategi Penguatan Komisariat IPNU-IPPNU

11 Juni 2025
  • Iklan & Promosi
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
  • Info Loker

© 2025 Dikembangkan oleh Tim IT Harian Semarang

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Pantura Raya
    • Soloraya
    • Wonogiri
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Agama
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Sport
    • Ragam
    • Seni Budaya
    • Sosialita
    • Teknologi

© 2025 Dikembangkan Oleh Devisi IT Harian Semarang